Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uber Merugi Rp 74,3 Triliun, Saham Terjun Bebas

Kompas.com - 09/08/2019, 07:42 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Perusahaan penyedia aplikasi transportasi Uber melaporkan kerugian bersih mencapai 5,24 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 74,3 triliun pada kuartal II 2019.

Adapun kerugian per saham mencapai 4,72 dollar AS. Kerugian tersebut menggiring saham Uber terjun bebas 12 persen pada perdagangan Kamis (8/8/2019) waktu setempat sebelum akhirnya ditutup melemah 4 persen.

Dilansir dari CNBC, Jumat (9/8/2019), pendapatan Uber pada kuartal II 2019 mencapai 3,17 miliar dollar AS atau setara kira-kira Rp 45 triliun.

"Saya tidak ragu bahwa bisnis akan bangkit dan menghasilkan laba," kata CEO Uber Dara Khosrowshahi.

Baca juga: Uber PHK Sepertiga Karyawan Pemasarannya

Dia menuturkan, pihaknya meyakini tahun 2019 akan menjadi tahun puncak investasi. Kemudian, kerugian akan semakin menciut pada tahun 2020 dan 2021 mendatang.

"Saya rasa break even point adalah sesuatu yang bisa kita dorong jika kita benar-benar menginginkannya," sebut Khosrowshahi.

Di luar kompensasi berdasarkan kepemilikan saham atau stock-based compensation, kerugian Uber mencapai kisaran 1,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,4 triliun. Angka ini 30 persen lebih buruk dibandingkan pada kuartal sebelumnya.

Uber memang membantu tumbuhnya perusahaan sejenis di berbagai belahan dunia. Namun, dalam satu dekade terakhir, Uber juga berinvestasi dan mengoperasikan layanan on-demand lainnya, seperti pengiriman makanan, bike-sharing, dan layanan pengiriman.

Baca juga: Tiga Bulan Pertama 2019, Uber Rugi hingga Rp 14 Triliun

Bisnis transportasi Uber mencatat pemesanan senilai 12,19 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 173,1 triliun pada kuartal II 2019. Angka ini melampaui estimasi para analis, yakni 12,11 miliar dollar AS.

Adapun bisnis pengiriman makanan Uber Eats mencatat pemesanan senilai 3,39 miliar dollar AS pada kuartal II 2019, setara kira-kira Rp 48,1 triliun. Angka ini pun melebihi ekspektasi analis, yakni 3,51 miliar dollar AS.

"Ke depan, bisnis (Uber) Eats masih memberikan pertumbuhan yang sangat signifikan dan terus menarik banyak modal. Tidak hanya di AS, tapi juga di seluruh dunia," ujar Khosrowshahi.

Ia menyatakan, saat ini Uber merupakan pemimpin dalam bisnis layanan antar makanan berbasis aplikasi. Sehingga, imbuh Khosrowshahi, dia tidak mengekspektasikan laba dalam satu atau dua tahun ke depan.

Beberapa pekan terakhir, Uber pun telah memangkas sekira 400 posisi pekerjaan di tim pemasaran. Adapun jumlah mitra pengemudi mencapai 30 juta orang pada tahun 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com