Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Beri Insentif ke Perusahaan Asing yang Investasikan Dividen di RI

Kompas.com - 09/08/2019, 18:05 WIB
Murti Ali Lingga,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Ekonomi dan Industri Nasional  (KEIN) menyarankan pemerintah memberikan insentif bagi perusahaan yang menanamkan kembali keuntungannya dari hasil operasional dan produksi di Indonesia.

Namun sebaliknya, memberlakukan disinsentif terhadap pembayaran dividen yang dibawa ke luar negeri.

Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta mengungkapkan, berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), tekanan terhadap neraca pembayaran adalah akibat defisit transaksi berjalan yang mencapai 8,4 miliar dollar AS atau 3,0 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang 2,6 persen.

Kondisi itu terjadi karena ada pengaruh musiman repatriasi dividen, pembayaran bunga utang luar negeri, serta akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat serta harga komoditas yang melemah.

“Tapi kita tetap harus cari cara, misalnya agar dividen perusahaan penanaman modal asing yang biasanya dibawa ke luar, dapat ditanamkan kembali di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (9/8/2019).

Menurut dia, insentif dimaksud misalnya terkait dengan kebijakan fiskal yaitu semacam keringanan pajak. Sebaliknya, modal yang dibawa ke luar dari Indonesia diberikan disinsentif fiskal.

Terkait dengan neraca perdagangan yang masih defisit sehingga ikut menekan transaksi berjalan dan neraca pembayaran, Arif menyarankan hal serupa.

"Berikan kemudahan dan fasilitas yang baik agar orientasi ekspor meningkat. Sedangkan untuk impor, terutama untuk komoditas yang tidak utama  apalagi ada substitusinya di Indonesia, berikan disinsentif fiskal seperti kenaikan pajak," sebutnya.

Arif mengungkapkan, kebijakan untuk menjaga stabilitasi transaksi berjalan ini penting, karena dampak ikutannya bisa sangat besar. Dalam jangka pendek, tekanan terhadap transaksi berjalan akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar AS.

Sehingga dalam kondisi seperti itu operasi moneter yang biasanya diambil beruapa kenaikan suku bunga untuk menahan arus modal keluar atau apital outflow.

"Kalau itu terjadi, biaya dana menjadi mahal karena suku bunga kredit naik, sehingga ekonomi sulit bergerak," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com