Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/08/2019, 06:08 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika memasuki masa produktif, Anda mesti tahu cara mengelola keuangan secara tepat, salah satunya terkait persiapan dana pensiun.

Walaupun Anda masih muda, tapi tidak ada salahnya mempersiapkan dana pensiun sejak dini. Ketika Anda mempersiapkan secara matang, maka masa tua kalian bisa dinikmati dengan tenang tanpa memusingkan biaya hidup ke depan.

Perencana Keuangan Ahmad Gozali membagikan beberapa tips menarik tentang bagaimana mengelola keuangan di masa pensiun.

Perencanaan masa tua mempertimbangkan sumber penghasilan ketika pensiun, rencana cadangan (khususnya kesehatan) dan rencana waris (distribusi aset).

“Tapi yang perlu persiapan jangka panjang adalah mempersiapkan penghasilan di hari tua,” kata Gozali kepada Kontan.co.id, pekan lalu.

Baca juga: Viral Aplikasi Wajah Tua FaceApp dan Pentingnya Persiapan Pensiun

Jika Anda seorang pengusaha, maka sesuaikan dengan rencana bisnis agar di masa tua bisa menjadi investor atau pemegang saham. Jika seorang karyawan, maka sumber penghasilan satu-satunya adalah dari hasil investasi sejak Anda masih produktif bekerja.

Menurut Gozali, seorang karyawan biasanya sudah memiliki program pensiun di tempat dia bekerja.

Misalnya saja, dana pensiun manfaat pasti, khususnya bagi pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), sedangkan iuran pasti bagi pegawai di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan swasta.

Tidak cukup

Sayangnya dana pensiun itu belum mencukupi. Idealnya, mereka harus punya dana cukup besar untuk ditempatkan pada instrumen investasi minim risiko seperti obligasi pemerintah maupun deposito yang bisa menghasilkan return setara biaya hidup di masa pensiun.

Dengan asumsi risiko bebas investasi (risk free investment) saat ini sekitar 6 persen, maka dana yang perlu dimiliki saat awal pensiun adalah sebesar 200 kali lipat biaya hidup di masa pensiun. Dari situ kemudian dihitung berapa investasi yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.

Misalnya saja investasi dimulai sejak usia 30 tahun, maka porsi investasi sebanyak 12 persen dari penghasilan dengan return 10 persen - 12 persen per tahun secara konsisten.

Ambil contoh A bergaji Rp 20 juta dan dia harus menabung di DPLK sebanyak 12 persen dari gaji atau setara Rp 2,4 juta.

Baca juga: Siapkan Masa Pensiun Sejak Muda, Jangan Abaikan 3 Hal Ini

Jika diinvestasi secara rutin tiap bulan selama 25 tahun dengan return 10 persen per tahun maka hasilnya adalah Rp 3,1 miliar. Dengan return 12 persen per tahun, maka hasilnya adalah Rp 4,5 miliar.

Dari jumlah Rp 3,1 miliar jika diinvestasikan ke obligasi atau deposito maka hasil bulanannya sekitar 16 juta.

Strategi

Di masa pensiun, masukkan dana ini ke obligasi atau deposito. Maka hasilnya adalah Rp 16 juta – Rp 22 juta per bulan atau setara dengan gajinya sekarang.

Kalaupun hasilnya di bawah 10 persen, di saat pensiun nanti masih bisa menikmati penghasilan bulanan belasan juta per bulan.

Tetapi strategi investasi sulit dilakukan jika tidak dilakukan secara konsisten dan dimulai sejak usia 30 tahun. Tapi tidak usah khawatir, karena hitungan tersebut berdasarkan asumsi biaya hidup yang berasal dari gaji terakhir Anda.

“Kenyataanya, biaya hidup di usia sesaat sebelum pensiun mungkin sekitar 50 persen dari gaji karena cicilan sudah lunas dan anak sudah mulai lepas dari tanggung jawab orang tua,” jelas dia.

Baca juga: 8 Jurus Berinvestasi Dana Pensiun dengan Dana Minim

Jadi tetap saja investasi 12 persen dari penghasilan dengan hasil berapapun, maka targetnya adalah dalam kisaran 100 kali sampai 200 kali penghasilan terakhir untuk kemudian diinvestasikan pada obligas negara atau deposito di usia 55 tahun dan returnnya bisa dinikmati sebagaimana menerima gaji bulanan.

Sementara bagi sebagian karyawan juga sudah memiliki iuran Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) sekitar 5 persen sampai 7 persen dari gaji. Dengan jumlah itu Anda hanya perlu menambahkan porsi 5 persen hingga 7 persen untuk menggenapkan menjadi 12 persen.

Nantinya strategi investasi ini disesuikan dengan usia. Pada usia 30-an bisa investasikan 80 persen dalam bentuk saham atau reksadana saham dan 20 persen dalam bentuk minim risiko seperti reksa dana pasar uang.

Sedangkan usia 40-an, mulai kurangi saham atau reksadana saham sampai 40 persen dan sisanya 60 persen bisa ditempatkan pada reksadana pasar uang atau reksadana penyertaan terbatas.

Pada usia 50-an, reksadana saham cukup 20 persen dan sisanya 80 persen dalam bentuk reksadana penyertaan terbatas. Adapun usia 55 tahun, 100 persen bisa ditempatkan dalam bentuk obligasi negara atau deposito.

Baca juga: Pemerintah Masih Godok Skema Baru Pensiun PNS

Untuk proteksi kesehatan wajib memiliki BPJS Kesehatan serta asuransi kesehatan tambahan dengan melanjutkan dari tempat kerja sebelumnya. Gozali menilai asuransi jiwa tidak lagi diperlukan sebagai pengganti penghasilan ketika memasuki masa pensiun, tapi lebih berfungsi sebagai dana waris.

Jika mau berbisnis, disarankan paling lambat lima tahun sebelum pensiun. Bisa mulai dengan investasi pada usaha teman, atau pelajari peluang-peluang usaha dan tekuni hobi tertentu yang bisa dikembangkan menjadi usaha.

Memasuki masa pensiun juga dibarengi penyesuaian gaya hidup dengan mengurangi konsumsi dan biaya transportasi secara drastis. Ia menemukan kasus bahwa pada usia 50-an tahun sebagian orang belum memiliki aset investasi. Aset yang mereka pertahankan adalah rumah tinggal.

“Saya sarankan penyesuaian gaya hidup secara ekstrim yaitu jual rumahnya dan tinggal di lingkungan yang lebih kondusif untuk menikmati masa pensiun. Sisa dananya bisa untuk dana pensiun yang 200 kali biaya hidup tadi,” tambahnya.

Penyesuaian gaya hidup, terutama konsumsi dan tempat tinggal bukan hanya melihat faktor biaya saja, tapi juga kesehatan. Untuk menjaga kesehatan di masa pensiun, sebaiknya tetap miliki aktivitas rutin agar tidak mudah stress dan sakit-sakitan. Bisa melakukan aktivitas sosial, keagamaan atau hobi.

Misalnya pindah rumah untuk menekuni hobi beternak dan bertani, maka tidak ada salahnya membeli rumah di desa dengan tanah yang luas atau komplek perumahan yang dihuni oleh orang-orang seumuran.

Dapat juga pindah dari kota besar pindah ke kota kecil yang kondisinya tidak terlalu sibuk, lebih rendah polusi dan biaya hidup lebih rendah. (Ferrika Sari)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Menghitung dana pensiun, berapa yang diperlukan?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com