Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Protes dan Perang Dagang, Sektor Properti Hong Kong Terpukul

Kompas.com - 16/08/2019, 08:43 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNN

HONG KONG, KOMPAS.com - Perang dagang dan unjuk rasa pro-demokrasi yang berkepanjangan di Hong Kong turut menghancurkan saham pengembang real estat.

Terlebih, Hong Kong memang dikenal sebagai rumahnya real estate dan kota termahal di dunia untuk membeli rumah.

Berdasarkan data Revinitiv, 9 perusahaan real estate terbesar di Hongkong telah kehilangan 446 miliar dollar Hong Kong atau sekitar 56,9 miliar dollar AS sejak April 2019.

Indeks properti Hang Seng misalnya, yang melacak lebih banyak pengembang real estat di Hong Kong, telah anjlok 19 persen baru-baru ini.

Indeks Hang Seng yang lebih luas telah jatuh lebih dari 16 persen selama periode yang sama April lalu.

Baca juga: Unjuk Rasa Tak Usai, Orang-orang Super Kaya Hong Kong Hijrah ke AS

Adapun perununan tersebut karena dampak perang dagang terhadap ekonomi Hong Kong dan perlambatan ekonomi China. Gejolak politik di sana pun telah menjadi tekanan dan menimbulkan aksi protes. Beberapa perusahaan yang terkena imbas, meminta agar protes segera berakhir.

"Aksi protes telah memicu tekanan penjualan besar-besaran untuk saham pengembang real estate, karena investor gelisah kerusuhan akan meningkat. Lagipula, tidak ada yang tahu kapan itu bisa berakhir," kata Direktur Phillip Capital Management, Louis Wong, dikutip CNN, Jumat (16/8/2019).

Selain itu, di kuartal II 2019, ekonomi Hong Kong hanya tumbuh 0,6 persen, yang merupakan tingkat terlemah dalam satu dekade.

Wong mengatakan, meningkatnya protes membuat pandangan pelemahan ekonomi itu semakin pasti.

Baca juga: Ada Demonstrasi di Hong Kong dan Pelemahan Yuan, Ini Antisipasi BRI

Devaluasi yuan turut menyumbang pelemahan ekonomi, sebab dapat mengganggu daya beli masyarakat China yang merupakan pembeli utama properti Hong Kong.

Alhasil, beberapa perusahaan properti telah menunda penjualan proyek rumah mewah yang sejatinya bakal dijual bulan ini.

Penundaan penjualan itu diperkuat oleh data Midland, sebuah agen real estate. Data tersebut menunjukkan, penjualan rumah baru anjlok 60 persen dalam 3 bulan terakhir dibanding kuartal I 2019. Sebagian penyebabnya karena kurangnya peluncuran proyek.

Secara terpisah, data dari agen properti Knight Frank menunjukkan volume penjualan residensial Hong Kong turun 21 persen pada Juli 2019 dibanding Juli 2018.

Perusahaan memperkirakan harga perumahan massal di Hong Kong turun 5 persen pada paruh kedua tahun 2019.

Baca juga: Pengusaha Hong Kong Meminta Demonstrasi Dihentikan.

"Pengembang beralih menjadi konservatif tentang prospek pasar. Jadi mereka memutuskan untuk berhenti dan menonton," kata Wong.

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com