Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perencanaan Tepat, Masa Pensiun Pun Nikmat

Kompas.com - 19/08/2019, 10:40 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia), lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Secara global, populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan. Populasi lansia di Indonesia diprediksi meningkat lebih tinggi dibanding populasi lansia di dunia setelah tahun 2100.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, sekitar 93 persen pekerja formal di Indonesia belum memiliki bayangan tentang bagaimana rencana setelah memasuki masa tua atau pada saat pensiun.

Baca juga: Masih Kerja di Usia Pensiun? Jangan Lupa Lakukan Strategi ini

Selain itu, terdapat 7 dari 10 pensiunan di Indonesia tetap harus bekerja untuk melanjutkan hidup.

Nah, agar tak menjadi beban anak-cucu dan negara, kita semua bisa membahagiakan diri sendiri di hari tua, dengan sejumlah persiapan. Ada dua jalur yang menjadi bekal di usia tua. Yakni jalur finansial alias berinvestasi dan jalur menjadi pengusaha.

Jalur finansial

Melalui jalur finansial, Anda bisa memanfaatkan program dana pensiun. Perencana Keuangan Ahmad Gozali membagikan beberapa tips menarik mengelola keuangan di masa pensiun.

Perencanaan masa tua mempertimbangkan sumber penghasilan ketika pensiun, rencana cadangan (khususnya kesehatan) dan rencana waris (distribusi aset). “Penghasilan hari tua perlu persiapan jangka panjang,” kata Gozali ke Kontan.co.id pekan lalu.

Jika Anda seorang pengusaha, sesuaikan dengan rencana bisnis agar di masa tua bisa menjadi investor atau pemegang saham. Jika seorang karyawan, maka sumber penghasilan satu-satunya adalah dari hasil investasi sejak Anda masih produktif bekerja.

Menurut Gozali, seorang karyawan biasanya sudah memiliki program pensiun di tempat dia bekerja. Misalnya saja, dana pensiun manfaat pasti, khususnya bagi pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN), sedangkan iuran pasti bagi pegawai di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan swasta.

Baca juga: Perempuan Jangan Tunda Menabung untuk Pensiun, Ini Alasannya

Sayang, dana pensiun itu belum mencukupi. Idealnya, mereka harus memiliki dana cukup besar untuk ditempatkan pada instrumen investasi minim risiko seperti obligasi pemerintah maupun deposito yang bisa menghasilkan return setara biaya hidup di masa pensiun.

Dengan asumsi risiko bebas investasi (risk free investment) saat ini sekitar 6 persen, maka dana yang perlu dimiliki saat awal pensiun adalah sebesar 200 kali lipat biaya hidup di masa pensiun. Dari situ kemudian dihitung berapa investasi yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.

Misalnya saja investasi dimulai sejak usia 30 tahun, maka porsi investasi sebanyak 12 persen dari penghasilan dengan return 10 persen - 12 persen per tahun secara konsisten.

Ambil contoh A bergaji Rp 20 juta dan dia harus menabung di DPLK sebanyak 12 persen dari gaji atau setara Rp 2,4 juta. Jika diinvestasi secara rutin tiap bulan selama 25 tahun dengan return 10 persen per tahun maka hasilnya adalah Rp 3,1 miliar.

Baca juga: Viral Aplikasi Wajah Tua FaceApp dan Pentingnya Persiapan Pensiun

Dengan return 12 persen per tahun, maka hasilnya adalah 4,5 miliar. Dari jumlah Rp 3,1 miliar jika diinvestasikan ke obligasi atau deposito maka hasil bulanan sekitar 16 juta.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com