Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Bappenas: Program Kementan Terbukti Memacu Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kompas.com - 19/08/2019, 14:37 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com – Direktur Keuangan Negara dan Analisis Moneter, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Boediastoeti Ontowirjo mengatakan program Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil memacu pertumbuhan ekonomi di daerah lewat belanja alat mesin pertanian (Alsintan) dan input produksi.

“Setiap peningkatan 1 persen belanja Alsintan, maka akan mendorong 0,33 persen peningkatan subsektor pertanian, peternakan, perburuan, dan jasa pertanian di daerah,” ujar Boediastoeti melalui rilis tertulis, Senin (19/8/2019).

Boediastoeti menambahkan Bappenas telah melakukan riset terhadap efektivitas belanja kementerian dan lembaga pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam kurun 2011 hingga 2018.

Baca juga: Kementan dan Kominfo Dilibatkan dalam Penanggulangan Karhutla

Belanja barang mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 0,08 persen, sementara belanja modal hanya mendorong 0,03 persen dan belanja pegawai hanya 0,01 persen.

Padahal, dalam alokasi anggaran 2016 hingga 2017 belanja modal naik paling tinggi Rp 39,1 triliun, diikuti belanja barang sebesar Rp 31,8 triliun dan belanja pegawai Rp 7,5 triliun.

"Belanja barang yang produktif dapat menjadi terobosan ke depannya ketimbang belanja modal," tegasnya.

Bukti nyata

Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi sependapat dengan hasil riset Bappenas terkait efektivitas belanja kementerian dan lembaga pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Di mana menyebutkan program Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memacu pertumbuhan daerah.

Oleh karena itu, Gandhi menilai sektor pertanian dan perikanan Indonesia memiliki kontribusi penting bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional.

“Pertama, kontribusi devisa. Ekspor produk pertanian dan produk perikanan yang menggantikan produk impor akan menjadi sumber penting bagi surplus Neraca Perdagangan,” jelasnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor komoditas pertanian 2013 hanya 33 juta ton, tetapi pada 2018 melonjak tajam menjadi 42,5 juta ton. Dengan begitu ada kenaikan 9 juta ton dan rata-rata kenaikan ekspor per tahunnya 2,4 juta ton.

Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi sependapat dengan hasil riset Bappenas terkait efektivitas belanja kementerian dan lembaga pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi.Dok. Humas Kementan Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi sependapat dengan hasil riset Bappenas terkait efektivitas belanja kementerian dan lembaga pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kedua, Kontribusi produk. Prima Gandhi menilai dampak dari kebijakan pertanian melalui Program Upaya Khusus Percepatan Pencapaian Swasembada Pangan yakni terpenuhinya penyediaan makanan bagi masyarakat dan bahan baku bagi beberapa industri.

Faktanya, selama pemerintahan Jokowi-JK, terjadi stabilitasasi harga pangan dan indeks ketahanan pangan Indonesia pun mengalami lompatan.

“Data BPS menyebutkan terjadi penurunan inflasi bahan makanan yakni dari 2013 sebesar 11,71 persen menjadi 1,26 persen di 2017,” terangnya.

Baca juga: Optimalkan Lahan Rawa, Kementan Gencar Galakan Program Serasi

Kemudian, berdasarkan Global Food Security Index 2018, peringkat ketahanan pangan Indonesia membaik yakni dari peringkat ke-72 di 2014 menjadi peringkat ke-65 dari 113 negara pada 2018.

“Kedua fakta itu merupakan contoh nyata ketersediaan pangan kita berhasil dijamin pemerintah,” tambah Prima.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com