Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jazak Yus Afriansyah
Trainer

Author, Coach, Trainer.
Master of Technology Management.

Menelisik 3 dari 4 Faktor Leadership Gap Syndrome

Kompas.com - 20/08/2019, 13:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Meneruskan perjalanan kita pada Seri Kepemimpinan di Era Millennial, pada edisi kali ini kita bahas sisa Faktor kedua, ketiga dan keempat dari 4 Faktor yang memicu terjadinya Leadership Gap Syndrome atau Gejala Jurang Kepemimpinan di Era Millennial. 

Pada dasarnya, faktor pertama, adalah penyebab utama yang akan menurunkan atau berpengaruh terhadap hadirnya 3 faktor yang akan kita jelaskan.

Faktor kedua adalah Kompetensi yang berbeda antara Generasi Millennial dengan Generasi Kolonial, perbedaan kompetensi ini khususnya pada kompetensi yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan.

Generasi Kolonial sangat menyukai proses Analisis yang lebih mendalam dan membutuhkan waktu yang cukup agar kualitas keputusan menjadi sangat bertenaga dan menghasilkan dampak bisnis yang dahsyat dan bisa dipertanggung jawabkan secara moral dan rasional.

Sedangkan anak-anak Millennial sangat lihai dan ahli dalam menemukan “jalan pintas” melalui Inovasi dan Kreatifitas yang mengagumkan.

Jalan pintas yang kami maksud adalah cara-cara baru yang belum pernah dipikirkan oleh atasan mereka Para Kolonial, dengan cara baru tersebut proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan hemat, dengan kata lain lebih efisien.

Namun apa yang terjadi?

Generasi Kolonial yang senior ini tidak bisa menerima proses yang dilakukan para Millennial, dalam persepsi mereka apa yang dilakukan oleh Generasi Millennial menyalahi kaidah dan pakem yang selama ini mereka yakini. Sehingga mereka menolak dan meragukan semua masukan dan keputusan yang dibuat oleh adik-adik Millennial.

Secara pasti, hal ini memicu friksi diantara mereka. Karena gagal dikelola dengan baik, maka friksi tersebut berkembang menjadi konflik yang terbuka atau konflik yang tertutup, dan kita tahu konflik yang terjadi ini adalah bagian dari beberapa Gejala Jurang Kepemimpinan.

Faktor ketiga adalah perbedaan Paradigma yang terjadi antara Generasi Kolonial dengan Generasi Millennial. Perbedaan ini terutama pada paradigma yang berkaitan dengan makna bekerja, bagi sebagain Generasi Kolonial bekerja adalah bagian dari beribadah dan pengabdian seumur hidup kepada Korporasi dan Profesi, sehingga mereka akan sanggup bertahan lama stay di suatu perusahaan, hingga maut atau pensiun yang memisahkan.

Baca : Memahami Leadership Gap Syndrome

Namun tidak demikian bagi Generasi Millennial. Mereka memiliki paradigma yang berseberangan dengan atasan mereka yaitu bekerja adalah bagian dari menambah status dan bekerja adalah dalam rangka meng-ekspresikan passion dan hobby mereka.

Sehingga bagi mereka loyalitas terhadap profesi dan korporasi bukanlah sesuatu yang utama, alhasil mereka cenderung pragmatis.

Pragmatisme ini tampak dari bagaimana respon mereka dalam menghadapi masalah dan tantangan dalam bekerja, seringkali kaum Millennial ini lebih memilih “kabur dulu” sebentar untuk selanjutnya kembali menghadapi masalah, iya mereka lebih memilih segera merencanakan cuti dan liburan ketimbang memikirkan masalah yang sedang dihadapi.

Ini bukan berarti mereka tidak mau menyelesaikan tantangan, tapi mereka ingin work balance dengan hobby dan passion mereka.

Sementara perilaku tersebut, jelas membuat para Kolonial gusar. Bagaimana mungkin perusahaan dalam masalah, mereka malah memilih libur bukan lembur? Sekali lagi kondisi ini memicu konflik diantara mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com