Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Produksi Pangan Nasional Surplus, Tradisi Impor Harus Dikurangi

Kompas.com - 26/08/2019, 11:45 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roslani mengatakan kondisi pangan Indonesia saat ini tidak dapat dikategorikan sepenuhnya mengandalkan impor.

Beberapa produksi pangan nasional bahkan mampu surplus.

Rosan beranggapan, saat ini ancaman impor sebetulnya sudah mulai bisa dikurangi jika melihat pada hasil kerja sektor pertanian.

Ia menilai tampak tren sektor pertanian mulai mampu memiliki nilai tambah.

Baca juga: Kementan: Irigasi Perpompaan Punya Manfaat Besar untuk Petani

Misalnya, ekspor pangan Indonesia selama empat tahun terakhir mengalami lonjakan dahsyat seperti terakhir pada 2018, volume ekspor produk pangan menembus angka 42 juta ton.

"Beras nasional pada 2018 terbukti surplus sampai 2 juta ton lebih. Nah bila memang surplus kan tidak perlu impor," ungkap Rosan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2013 jumlah volume ekspor produk pertanian Indonesia adalah 33,5 juta ton.

Kemudian pada 2016 mengalami dua kali kenaikan mencapai 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton.

Baca juga: Bappenas: Program Kementan Terbukti Memacu Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Begitu juga 2017, ekspor produk pertanian bertambah lagi jumlahnya yakni 41,3 juta ton. Di 2018, ekspor produk pertanian mampu mengukuhkan jumlah sebesar 42,5 juta ton.

Selama periode 2014-2018, jumlah seluruh nilai ekspor produk pertanian Indonesia berhasil mencapai Rp 1.957,5 trilliun dengan akumulasi tambahan Rp 352,58 triliun.

PDB meningkat

BPS juga mencatat bahwa nilai Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pertanian sejak 2014-2018 mengalami peningkatan.

Dari data BPS pada 2017 dan 2018, PDB sektor pertanian menyumbang 3,7 persen sehingga mampu melampaui target nasional yaitu 3,5 persen.

Melejitnya PDB sektor pertanian tersebut, menurut BPS disebabkan salah satunya capaian ekspor komoditas yang baik sehingga berpengaruh ke perekonomian negara.

Baca juga: Kekeringan Lahan, Petani Tak Risau Berkat Asuransi dari Kementan

Meskipun harus diakui, masih ada juga kebutuhan pangan nasional yang bergantung impor.

Namun, menurut Rosan, kebijakan tersebut harus dipahami tujuan penyebabnya.

"Jika memang stok pangan dalam negeri kurang, ketimbang menimbulkan gejolak di masyarakat, harga tinggi, membuat ekonomi tidak stabil, maka impor pangan tetap diperlukan," ujar Rosan.

Kendati, kata Rosan, impor pangan juga jangan sampai jumlahnya berlebihan, sebab harus ditambahkan juga dengan stok produksi pangan lokal yang ada.

"Juga tidak dilaksanakan di saat musim panen raya petani karena bakal merugikan petani, menggerus pendapatan hasil mereka," tutup Rosan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com