Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Minta Bank Turunkan Marjin Bunga yang Terlampau Tinggi

Kompas.com - 26/08/2019, 15:34 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengusaha menyoroti tingginya margin yang ditetapkan oleh bank-bank di dalam negeri. Hal tersebut membuat kucuran kredit kepada pengusaha menjadi seret.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roslani mengatakan, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan Indonesia saat ini adalah yang tertinggi di dunia.  Dia pun membandingkan tingkat NIM bank di Indonesia dengan beberapa negara lain di dunia.

Ketika saat ini NIM bank-bank di Indonesia berada di kisaran 5 hingga 6 persen, beberapa negara lain seperti Singapura yang berada di kisaran 1,3 persen hingga 1,4 persen, kemudian Malaysia sebesar 1,6 persen hingga 1,7 persen dan Filipina berada di bawah 3 persen. 

Adapun tingkat NIM di Vietnam sebesar 2,4 persen hingga 2,5 persen, Korea sebesar 1,5 persen hingga 1,6 persen dan China di kisaran 2 persen.

 

Baca juga : BI Pangkas Suku Bunga Lagi, Apa Dampaknya untuk Masyarakat?

"Jadi yang di atas 3 persen itu nggak ada. Karena perbankan itu urat nadi kita jadi jika (NIM) bisa turun, maka dampaknya ke dunia usaha juga akan luar biasa," ujar Rosan di Jakarta, Senin (26/8/2019).

Sebagai catatan, NIM merupakan selisih antara pendapatan bunga (Net Interest Income/NII) dengan beban bunga. Sehingga bisa diartikan, jika selisih antara bunga pinjaman dan bunga simpanan kian besar, maka pendapatan bank tersebut kian besar pula.

Penurunan NIM akan berpengaruh terhadap biaya dana (cost of fund) perbankan juga ikut turun.

Tanggapan Bank Indonesia

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, saat ini, NIM perbankan sudah turun di kisaran 4,7 persen. Angka tersebut pun masih berpeluang untuk terus turun dengan jika bank bisa kian menekan suku bunga kreditnya.

Perry pun mengatakan, suku bunga kredit perbankan ketika BI menaikkan suku bunga sebesar 1,75 persen tahun lalu, suku bunga kredit pun justru turun 0,3 persen.

"Ini masih bisa turun dengan menurunkan efisiensi di dalam dunia perbankan," ujar Perry pada kesempatan yang sama.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) periode Juni 2019 NIM perbankan tercatat 4,9 persen atau sekitar Rp 363,3 triliun dari rata-rata total aset produktif Rp 7.407,3 triliun. Angka ini terus mengalami penurunan sejak 2016 yang sebesar 5,39 persen, 2017 5,32 persen dan 2018 5,14 persen.

Di samping itu, Perry mengatakan bahwa terdapat empat faktor yang bisa membuat suku bunga kredit mengalami penurunan.

Pertama melalui kebijakan suku bung aacuan yang dilakukan BI, kedua kecukupan likuiditas di perbankan. Sedangkan faktor ketiga Perry menyebutkan, sinergi antar regulator dan pemerintah diperlukan untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Keempat terkait faktor regulasi sehingga OJK pun melakukan relaksasi regulasi, begitupula BI dengan berbagai bauran kebijakannya.

Cash flow bisa tergantung kondisi makro, regulasi dan korporasi. Kalau korporasi semakin benefit premi risiko semakin rendah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com