Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi India Cuma Tumbuh 5 Persen, Terendah dalam 6 Tahun

Kompas.com - 02/09/2019, 07:08 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW DELHI, KOMPAS.com - Pertubuhan ekonomi Inida yang terus melambat berpotensi menimbulkan krisis. Padahal, Perdana Menteri Narendra Modi yang terpilih pada 2014 lalu telah berjanji bakal membua negara tersebut menjadi salah satu kekuatan global.

Pada Kuartal II-2019, Produk Domestik Bruto (PDB) India hanya tumbuh 5 persen berdasarkan data pemerintah yang dirilis Jumat (30/8/2019) lalu.

Angka tersebut turun drastis jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh hingga 8 persen. Adapun pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi India sebesar 5,8 persen.

Baca juga: Ekonomi India Segera Salip China

Dikutip dari CNN, melambatnya pertumbuhan ekonomi India disebabkan pertumbuhan konsumsi swasta yang juga melambat dan industri manufaktur yang cenderung stagnan. Padahal tahun lalu, industri manufaktur India tumbuh hampir 12 persen.

Di sisi lain, bidang pertanian tumbuh lebih dari setengahnya pada kuartal II-2019 ini.

Adapun merosotnya harga pangan dan upah konstruksi telah membuat populasi pedesaan di India yang cukup besar berada di bawah tekanan, masalah tersebut kian diperburuk dengan krisis kredit yang menyusul hampir runtuhnya salah satu penyedia pembiayaan konsumen terbesar India di Oktober lalu.

Data tersebut menunjukkan, India yang sekaligus menjadi negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia kini mengalami pertumbuhan yang paling lambat dalam lebih dari enam tahun terakhir.

Selain itu, ini juga menjadi tingkat petumbuhan ekonomi terlemah di bawah pemerintahan Modi, yang di awal masa kampanyennya menjanjikan bakal membawa ekonomi India ke tingkat pertumbuhan ekonomi baru dan menciptakan jutaan lapagan kerja setiap tahunnya.

Namun, yang terjadi saat ini juastru kebalikannya. Tingkat pengangguran di India saat ini berada di level tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Dan India justru tengah menghadapi jalan curam untuk bisa kembali pulih.

"Sangat mungkin bahwa pertumbuhan setahun penuh India akan tergelincir di bawah 6 persen pada 2019," ujar kepala India di Oxford Economics Priyanka Kishore.

Beberapa sektor ekonomi di Indida telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir, industri otomotif di negara tersebut telah merumahkan ratusan ribu pekerjanya, perusahaan barang konsumen seperti Unilever pun dilaporkan telah melakukan pemangkasan harga lantaran permintaan yang terus melambat.

Baca juga: India dan China Akan Gantikan Posisi Sillicon Valley?

Adapun Modi sejak pemerintahannya dimulai pada 2014 terus berjuanh untuk meningkatkan perekonoman. Hingga pekan lalu, pemerintah India telah meluncurkan keringanan pajak untuk start up, kredit rumah dan mobil yang lebih murah, serta menyuntikkan dana segar hingga 9,8 miliar dollar AS ke bank-bank milik pemerintah.

Analis menilai masih banyak hal yang harus dilakukan.

"[Pemerintah] mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kesulitan yang dihadapi oleh ekonomi tetapi langkah-langkah ini hanya akan berjalan dalam jangka menengah," kata kepada ekonom di anak perusahaan Fitch, India Ratings and Resarch Devendra Pant.

"Tidak ada solusi perbaikan cepat untuk penurunan yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir," ujar dia.

Modi pun telah mendapat bantuan dari bank sentral, Reserve Bank of India.

Bank sentral telah memangkas suku bunga empat kali sejak awal 2019, membuat suku bunga mereka ke level terendah dalam sembilan tahun, dan awal pekan ini mentransfer kelebihan cadangan sekitar 25 miliar dollar AS kepada pemerintah.

"Setidaknya satu penurunan suku bunga lagi ... untuk mendorong permintaan," ujar Pant.

Baca juga: Perang Dagang, India Naikkan Tarif untuk Produk-produk Asal AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran Israel Memanas, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran Israel Memanas, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Terbit 26 April, Ini Cara Beli Investasi Sukuk Tabungan ST012

Whats New
PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

PGEO Perluas Pemanfaatan Teknologi untuk Tingkatkan Efisiensi Pengembangan Panas Bumi

Whats New
Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Daftar Lengkap Harga Emas Sabtu 20 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Tren Pelemahan Rupiah, Bank Mandiri Pastikan Kondisi Likuiditas Solid

Whats New
LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

LPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPRS Saka Dana Mulia

Whats New
Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com