Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minimnya Pilihan Transportasi Jadi Tantangan Wisata Borobudur

Kompas.com - 02/09/2019, 20:33 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kunjungan wisatawan ke kawasan Candi Borobudur di Jawa Tengah ditargetkan dapat terakselerasi. Ini salah satunya untuk menekan defisit transaksi berjalan atau current account deficit.

Presiden Joko Widodo pun menggelar rapat terbatas dengan para menteri membahas hal ini di kawasan Borobudur pada pekan lalu.

”Presiden Jokowi ingin lima destinasi super prioritas, termasuk Borobudur, benar-benar bisa menjadi pengungkit kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk menggerakkan ekonomi rakyat dan mendulang devisa guna mengurangi current account deficit,” ujar Ketua Tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas Irfan Wahid dalam keterangannya, Senin (2/9/2019).

Kunjungan wisman ke Borobudur bisa dikatakan minim. Apalagi jika dibandingkan dengan Angkor Wat, candi di Kamboja yang sama-sama menyandang status UNESCO World Heritage Site.

Baca juga: Naik, 1,48 Juta Orang Turis Asing Kunjungi Indonesia pada Juli 2019

Dalam setahun, Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia dikunjungi sekitar 300.000 wisman. Adapun Angkor Wat dikunjungi 2,9 juta wisman.

”Artinya, kinerja Angkor Wat hampir 10 kali lebih efektif mendatangkan wisman dibanding kinerja kita dalam memoles Borobodur,” ujarnya.

Irfan mencatat lima masalah utama terkait pengembangan Borobudur. Salah satunya adalah minimnya pilihan transportasi yang menjadi hambatan wisatawan menuju kawasan candi tersebut.

Adapun lima masalah tersebut yaitu penataan kawasan, minimnya atraksi malam hari, minimnya informasi destinasi sekitar Borobudur, minimnya pilihan kuliner, dan minimnya pilihan transportasi.

Irfan pun mengusulkan empat langkah strategis kepada Presiden Jokowi, yang kemudian direspons baik oleh Jokowi.

Baca juga: 1,26 Juta Turis Asing Kunjungi RI pada Mei 2019

Pertama, penataan kawasan agar Borobudur kian menarik untuk dikunjungi, termasuk membangun suasana “kesakralan”.

”Kami harus melihat sesuatu beyond dari candi. Borobudur ini memiliki beberapa situs seperti danau purba, sawah purba, dan sungai purba yang perlu diteliti lebih lanjut. Semua itu dikemas dalam storynomics tourism, pendekatan pariwisata berbasis narasi, konten kreatif, living culture, serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi,” paparnya.

Kedua, penciptaan traffic puller baru, termasuk membuka keran public private partnership (PPP) untuk membuat atraksi baru.

Selain itu, Borobudur dan sekitarnya perlu menambah banyak pariwisata event (event tourism) untuk memperpanjang siklus destinasi (destination life cycle).

Baca juga: BPS: 7,83 Juta Wisatawan Asing ke Indonesia, Terbanyak dari Malaysia

Ketiga, optimasi destinasi yang juga bisa membuat wisatawan bertahan lebih lama di wilayah Magelang. Rata-rata lama menginap wisman di Magelang baru berkisar 1,89 hari.

Keempat, targeted marketing dengan optimalisasi basis data wisatawan, termasuk berkolaborasi dengan platform seperti Grab, Gojek, dan Traveloka.

"Data digital itu penting untuk memetakan perilaku wisatawan, sehingga langkah-langkah pengembangan Borobudur bisa fokus hanya pada satu hal, yaitu kunjungan wisman sebanyak-banyaknya," sebut Irfan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan jadi 6,25 Persen

Whats New
Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Cara dan Syarat Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian

Earn Smart
Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Cara dan Syarat Gadai HP di Pegadaian, Plus Bunga dan Biaya Adminnya

Earn Smart
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang Jika Mau Maju

Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Ingatkan Pengusaha Jangan Curang Jika Mau Maju

Whats New
United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

United Tractors Bagi Dividen Rp 8,2 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com