Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lakukan Hal Ini Jika Anda Ingin Pensiun 10 Tahun Lagi

Kompas.com - 04/09/2019, 14:17 WIB
Rina Ayu Larasati,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kunci untuk menjalani masa pensiun yang baik adalah mempersiapkan diri secara finansial, termasuk menabung sedini mungkin.

Namun terkadang, pikiran mengenai pensiun tetap menghantui Anda. Kemudian tanpa Anda sadari, 10 tahun berlalu dan tibalah waktu anda untuk pensiun. 

Tengoklah Dirk Cotton yang pensiun dari pekerjaannya sebagai engineer dan eksekutif di AOL pada tahun 2005 di umur 52. Cotton tinggal di Chapel Hill, North Carolina.

Sejak pensiun, dia menghabiskan waktunya meneliti dan menulis tentang keuangan pensiun dan menulis blog tentang hal itu di situsnya, The Retirement Cafe.

Baca juga: Pentingnya Memiliki Strategi Keuangan Saat Pensiun

Dikutip dari Business Insider, Rabu (4/09/2019) berdasarkan pengalaman dan penelitiannya, Cotton menyarankan dua hal yang harus dilakukan saat ini oleh orang-orang yang ingin pensiun dalam 10 tahun ke depan.

Temui perencana keuangan

"Anda harus menemukan perencana pensiun yang baik, karena perencanaan pensiun sangat kompleks," kata Cotton.

Mendapatkan saran dari perencana keuangan spesialis bidang pensiun dapat membuat banyak perbedaan ketika berbicara soal situasi Anda. Setelah masa pensiun semakin dekat, imbuh Cotton, memiliki bantuan seorang ahli di sisi Anda sangat membantu dan bernilai investasi.

"Ada sejumlah perencana pensiun yang benar-benar bagus di luar sana," kata dia. "Kita layak untuk mulai berbicara dengan mereka bertahun-tahun sebelum Anda pensiun."

Kurangi alokasi ekuitas Anda

Sepuluh tahun sebelum pensiun, Cotton mengurangi persentase asetnya yang terikat di pasar saham.

"Itu menyelamatkan hidup," katanya.

"Ketika Anda menabung untuk masa pensiun, dengan kata lain, sebelum periode 10 tahun dimulai, Anda mungkin harus berada di suatu tempat dalam kisaran 70 persen hingga 80 persen," katanya.

Cotton merujuk pada persentase aset yang harus diinvestasikan dalam saham, bukan obligasi atau tabungan cair.

Tapi dia menyarankan mulai mengurangi angka itu 10 tahun sebelum Anda pensiun.

Baca juga: Persiapan Dana Pensiun, Bagaimana Cara Menghitungnya?

"Anda mungkin ingin berakhir, ketika Anda pensiun, dengan angka alokasi ekuitas antara 40 persen hingga 50 persen," kata Cotton.

Dia mengatakan, dengan mengurangi investasi di pasar saham dalam 10 tahun sebelum dia pensiun, dia tidak terlalu terpengaruh oleh peristiwa besar yang menghantui selama masa pensiunnya, seperti bermunculannya bubble dot-com dan resesi besar di AS.

"Banyak orang memiliki ekuitas 100 persen ketika mereka menabung untuk pensiun dan kehilangan lebih dari 50 persen dalam waktu yang sangat singkat," sebut Cottton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com