Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pikat Perusahaan yang Terdampak Perang Dagang, Thailand Tebar Insentif

Kompas.com - 06/09/2019, 10:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Reuters

BANGKOK, KOMPAS.com - Pemerintah Thailand berencana menerbitkan paket insentif atau "paket relokasi" untuk menarik minat perusahaan-perusahaan asing yang ingin memindahkan produksinya dari China.

Ini adalah upaya Thailand bersaing dengan Vietnam untuk menjadi "rumah kedua" bagi perusahaan yang ingin menghindar dari dampak kecamuk perang dagang AS-China.

Dikutip dari Reuters, Jumat (6/9/2019), pada hari ini sejumlah menteri ekonomi Thailand bakal membicarakan mengenai kemungkinan insentif pajak, pelonggaran regulasi, dan kemudahan perizinan.

Pemerintah berupaya mendongkrak ekonomi Thailand, yang merupakan terbesar kedua di Asia Tenggara. Pada kuartal II 2019, pertumbuhan ekonomi Thailand mencapai titik terendah dalam hampir lima tahun.

Baca juga: Di Eropa, Produk UKM Indonesia Di-repackaged oleh Vietnam dan Thailand

Nattapol Rangsitpol, direktur jenderal di Kementerian Industri Thailand mengatakan, fasilitasi percepatan persetujuan bagi investor asing akan menjadi hal yang penting.

"Dalam menarik minat investor yang terdampak perang dagang, kita harus memahami bahwa mereka melarikan diri dari kematian, sehingga kecepatan menjadi penting," kata Nattapol.

"Kita harus memudahkan mereka untuk secepatnya membangun pabrik, secepatnya memproduksi, dan secepatnya menjual," imbuhnya.

Nattapol menuturkan, aturan imigrasi yang ketat dan kewajiban melapor juga berdampak pada investor. Sebab, mereka mengeluh lantaran diperlakukan seperti penjahat.

Adapun Biro Investasi Thailand (BOI), terang Nattapol, bakal membidik lebih banyak insentif pajak, khususnya industri-industri prioritas. Tujuannya untuk menggenjot daya tarik Thailand di mata investor.

BOI menargetkan dapat menjaring 100 perusahaan, khususnya yang berasal dari China.

Baca juga: BI: Posisi RI untuk Ambil Kesempatan Perang Dagang Diambil Vietnam

Adapun Deputi Perdana Menteri Thailand Somkid Jatusripitak menyatakan, pemerintah juga bakal memberi paket insentif khusus bagi perusahaan-perusahaan yang memberikan pelatihan untuk pengembangan pekerja lokal. Misalnya adalah Google yang berencana membangun akademi di Thailand.

Saat ini, Thailand sudah berhasil memikat sejumlah perusahaan untuk memindahkan produksi dari China guna menghindari tarif impor yang diterapkan AS.

Akan tetapi, Vietnam tampaknya menjadi primadona bagi perusahaan yang terdampak perang dagang, lantaran upah dan harga lahan yang murah.

Pada semester I 2019, aplikasi penanaman modal asing (PMA) Thailand secara total mencapai 4,8 miliar dollar AS. Sementara itu, aplikasi PMA Vietnam jauh lebih tinggi, yakni 18,74 miliar dollar AS.

Baca juga: Berkah Perang Dagang AS-China, Thailand Kebanjiran Investasi Asing

Nattapol menuturkan, keterampilan tenaga kerja dan infrastruktur Thailand lebih baik ketimbang Vietnam. Insentif investasi pun cukup jelas dan stabil meski ada perubahan di pemerintahan.

"Upah Vietnam tampak lebih murah, tapi akan ada biaya-biaya tambahan yang tidak disebutkan," ujarnya.

Daya saing Thailand berada pada peringkat 38 dalam Global Competitiveness Report 2018 yang dirilis World Economic Forum, sementara Vietnam berada pada peringkat 77.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com