Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Trump Jadi Penentu Arah Ekonomi Dunia

Kompas.com - 06/09/2019, 19:15 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gejolak perekonomian dunia kian tak bisa diprediksi. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, Amerika Serikat menjadi barometer stabilitas perekonomian dunia, dengan Presiden mereka, Donald Trump yang menjadi penentu arahnya.

"Ketidakpastian di pasar global sangat tinggi, dan yang menjadi barometer adalah Amerika Serikat, jadi AS arahnya mau ke mana. Di AS yang menentukan cuma satu, Trump. Jika Trump bunyi di twitter, marketnya langsung bergerak," ujar Destry di Jakarta, Jumat (6/9/2019).

Pada Selasa (3/9/2019) lalu, Trump berkicau melalui akun Twitter-nya mengenai kondisi terkini negosiasi perdagangan antara AS dengan Negeri Tirai Bambu tersebut.

Baru sepekan yang lalu pasar saham global bergerak bearish lantaran investor kehilangan harapan akan adanya perbaikan hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

 

Baca juga : Bursa Saham AS Menguat 29 Persen Selama Pemerintahan Trump

Sementara pada pekan ini, pasar saham Negara Paman Sam tersebut tiba-tiba kembali bullish. Pasalnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui akun Twitter-nya beberapa hari yang lalu sempat memberikan harapan pada pelaku pasar, negosaisi perdagangan antara dua negara yang tengah berseteru tersebut berjalan dengan baik.

"Baru minggu lalu, orang-orang meyakini perang dagang antara Amerika Serikat dan China tidak akan menemui kesepakatan. Tapi beberapa hari kemudian Trump ngetweet ada harapan, indeks saham Dow Jones langsung melejit tinggi," jelas Destry.

Akibat besarnya pengaruh tweet Trump terhadap pergerakan pasar tersebut, beberapa pihak pun meyakini Trump secara sengaja berkicau melalui akun Twitter-nya untuk membolak-balikkan ekonomi dunia.

Hal tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan ekonomi AS. Itulah sebabnya gejolak ekonomi dunia akibat perang dagang tidak pernah benar-benar hilang. 

"Ketika dia butuh dolar dia bikin isu negatif buat AS. Dollar melemah dia beli dolar. Tapi ketika dia banyak dolar dan butuh duit, ya dia bikin isu positif soal AS. Akhirnya pasar beli, harga dolar naik. Untung mereka. Itu yang dipikirkan para ekonom," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com