SEMARANG, KOMPAS.com – Sudah 50 tahun Irwan Hidayat berkecimpung di dunia jamu dan obat tradisional. Lima dekade itu tentunya bukan waktu yang sebentar.
Perjalanan Sido Muncul dimulai dari nenek Irwan yang memasarkan jamu di rumahnya di Yogyakarta, sekitar tahun 1940.
Pada 1949, sang nenek beserta keluarga Irwan mengungsi ke Semarang karena kondisi keamanan yang kurang baik waktu itu.
Baru pada 1951, Sido Muncul resmi mendirikan pabrik mereka di Kabupaten Semarang. Saat itu, salah satu produk andalan mereka, Tolak Angin, diproduksi dalam bentuk serbuk.
Tolak angin serbuk itu bertahan selama 40 tahun hingga tuntutan zaman yang menginginkan produk lebih praktis. Sejak saat itu, jamu untuk obat masuk angin ini dihadirkan dalam bentuk cair dalam kemasan sachet.
Meski tampak mulus, pria yang berkecimpung di industri herbal sejak 1969 ini mengaku, pernah mengalami banyak rintangan. Salah satunya, Sido Muncul pernah memiliki utang cukup besar kepada bank sekitar tahun 1972.
“Waktu itu nilai penjualan sekitar Rp 800.000 per bulan. Punya utang di bank mencapai 46 juta, tapi ya bisa saya lewati dengan menciptakan program baru dan iklan,” cerita Irwan, dikutip dari Kompas.com, Senin (25/3/2019).
Baca juga: Kepercayaan Masyarakat Jadi Strategi Sido Muncul untuk Terus Bertahan
Irwan mengaku selama 20 tahun pertama dirinya memimpin, Sido Muncul sempat terseok-seok dan tidak memiliki kemajuan berarti.
Setelah itu, Irwan baru menyadari apa yang harus diperbuat kepada Sido Muncul, yakni membangun kepercayaan masyarakat.
Menurut dia, kepercayaan dari masyarakat dan konsumen adalah salah satu faktor penting dalam bisnis.
Setelah menyadari kunci itu, bisnis Sido Muncul mulai menunjukan perkembangan. Bahkan Tolak Angin berhasil menerima sertifikat Obat Herbal Terstandar (OHT).
Hal itu menandakan Tolak Angin sudah terbukti keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah terstandarisasi.
Sebagai salah satu produsen jamu dan obat herbal terbesar di Indonesia, Sido Muncul pun selalu memastikan semua produknya aman dan halal untuk dikonsumsi.
Baca juga: Indonesia Darurat Katarak, Sido Muncul Bergerak
Untuk itu, mereka melakukan 5 tahap uji kualitas untuk setiap batch produksinya, yakni tes kandungan logam berat, tes pupuk, tes pestisida, tes aflatoksin, dan tes DNA.
Tak hanya itu, Sidomuncul pun rutin melakukan program-program sosial sebagai bagian dari corporate social responsibility (csr) mereka, seperti operasi katarak dan bibir sumbing gratis.