Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Asosiasi Logistik Indonesia Usulkan Pelabuhan Marunda Naik Kelas

Kompas.com - 09/09/2019, 14:16 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


KOMPAS.com
- Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Nofrisel mengusulkan agar Pelabuhan Merunda naik kelas statusnya dari Pelabuhan Pengumpan menjadi Pelabuhan Utama.

“Pelabuhan ini harus dinaikkan kelasnya untuk melayani arus bongkar muat perdagangan luar negeri. Inilah yang harus menjadi perhatian pengelola Pelabuhan Marunda,” ujar Nofrisel dalam siaran persnya tertulisnya, Senin (9/9/2019).

Bukan tanpa sebab Nofrisel mengatakan itu, karena peran Pelabuhan Marunda kini semakin penting baik untuk saat ini maupun pada masa mendatang. “

Saat ini, yang nyata Pelabuhan Marunda berfungsi sebagai pelabuhan pendukung Tanjung Priok selain juga fungsinya khusus berupa bongkar muat curah, kering dan kargo,” kata dia.

Baca juga: Asosiasi Logistik Indonesia Dukung Proyek Pembangunan Pelabuhan Marunda

Karena perannya sebagai pelabuhan pendukung Tanjung Priok, kini kinerja dwelling time (masa tunggu) pelabuhan di kawasan Jakarta jadi semakin membaik, sehingga kini sudah dikisaran 3 hari dari semula 6 hari.

Sebagai informasi, Pelabuhan Marunda dengan operatornya PT Karya Citra Nusantara (KCN) telah mengoperasikan satu dermaga, dari rencana semula sebanyak tiga dermaga dengan panjang mencapai 1.950 meter.

Pelabuhan ini juga didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup sebanyak 100 ha. Saat ini, KCN telah menginvestasikan dana Rp3,5 triliun untuk membangun satu dermaga dan sebagian dermaga II.

“Kami siap menuntaskan pembangunan dermaga Pelabuhan Marunda dengan tambahan dana Rp4-Rp5 triliunlagi. Harapan kami semua dermaga itu tuntas pada 2023,” kata Dirut KCN Widodo Setiadi.

Evaluasi tantanan kepelabuhan

Berkaitan dengan kategorisasi pelabuhan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sempat berencana melakukan evaluasi tatanan kepelabuhan. Pelabuhan yang mencetak kinerja operasional di atas kriteria berpeluang naik kelas.

Sesuai ketentuan Kemenhub, satu pelabuhan diusulkan naik kelas apabila arus barang sudah mendekati atau melampaui kapasitas pelabuhan. Selain itu, lahan pelabuhan tersebut sangat mendukung.

Dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RPIN), pelabuhan laut yang melayani angkutan laut terdiri dari empat hierarki, yakni Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, Pelabuhan Pengumpan Regional, dan Pelabuhan Pengumpan Lokal.

Sementara itu, Statistik Perhubungan 2016 menyebutkan di luar empat pelabuhan kelas utama, ada 20 Pelabuhan Kelas I, 25 Pelabuhan Kelas II, 171 Pelabuhan Kelas III, 10 Pelabuhan Kelas IV, dan 16 Pelabuhan Kelas V.

Baca juga: Pelabuhan Marunda Siap Menjadi Green Port Pendukung Pelabuhan Tanjung Priok

Pelabuhan-pelabuhan tersebut dikelola oleh BUMN kepelabuhan dan Kemenhub melalui Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP).

Berdasarkan RPIN 2016, Pelabuhan Marunda diproyeksi menjadi Pelabuhan Pengumpul hingga 2030. Kelas Pelabuhan Pengumpul setingkat di bawah Pelabuhan Utama.

Pelabuhan Pengumpul minimal harus memiliki kolam pelabuhan -7 Low Water Spring (LWS) hingga -9 LWS, panjang dermaga 120-250 meter, dan luas lahan pelabuhan minimal 10 hektar (ha).

Secara keseluruhan, pada 2020, total pelabuhan laut yang digunakan untuk melayani angkutan laut mencapai 340 pelabuhan, terdiri dari 29 Pelabuhan Utama, 186 Pelabuhan Pengumpul, 103 Pelabuhan Pengumpan Regional, dan 22 Pelabuhan Pengumpan Lokal.

Dalam periode 2015-2020, diproyeksi ada 5 pelabuhan pengumpan regional yang naik kelas menjadi pelabuhan pengumpul. Di samping itu, ada satu pelabuhan pengumpul yang diproyeksi naik kelas menjadi pelabuhan utama pada 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com