WASHINGTON, KOMPAS.com - Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal merosot ke bawah 5 persen pada tahun 2020 mendatang.
Tidak hanya itu, Bank Dunia juga memperingatkan parahnya arus modal asing yang keluar dari Indonesia, sejalan dengan risiko-risiko global, termasuk memanasnya perang dagang AS dan China.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (10/9/2019), proyeksi tersebut dikabarkan telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Presentasi tertanda bulan September 2019 dan menunjukkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,9 persen tahun depan.
Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini yang mencapai 5,1 persen dan 5,2 persen pada tahun 2020 mendatang. Ini berdasarkan proyeksi Bank Dunia pada Juni 2019 lalu.
Adapun pemerintah mengekspektasikan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1 persen pada tahun ini dan 5,3 persen tahun depan.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Seret, Apa Sebabnya?
Dalam presentasinya, Bank Dunia menyatakan perang dagang AS-China dan risiko-risiko geopolitik semakin memanas. Risiko disebut terjadi di banyak titik, mulai dari Brexit di Inggris, aksi unjuk rasa di Hong Kong, hingga Pemilu AS tahun depan.
Risiko-risiko tersebut berpotensi menyebabkan guncangan ekonomi negatif dan parahnya arus modal keluar, begitu besarnya yang belum pernah terjadi dalam satu dekade terakhir. Demikian diungkapkan Bank Dunia.
Presentasi yang tertanggal 5 September 2019 itu juga menyebut perlambatan ekonomi global akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi hanya 4,6 persen pada 2022.
Bank Dunia menyatakan, penurunan pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,1 persen akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3 persen.
Baca juga: ISEI: Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi, RI Harus Genjot Manufaktur
Bank Dunia menyatakan, ketergantungan kepada investasi asing baik di pasar saham maupun obligasi membuat Indonesia sangat rentan terhadap arus modal keluar ketika risiko global meningkat.
Menurut Bank Dunia, pemerintah Indonesia harus fokus pada upaya menggenjot penanaman modal asing langsung ketimbang menurunkan defisit transaksi berjalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.