Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabut Kebakaran Hutan Ganggu Penerbangan, Ini Kata Menhub

Kompas.com - 12/09/2019, 21:37 WIB
Murti Ali Lingga,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi di sejumlah wilayah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Akibatnya, kabut asap kian menyebarkan ke wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak, Malaysia. Selain itu, kondisi ini juga menganggu aktivitas penerbangan pesawat.

Menanggapi itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan kondisi itu belum begitu berdampak. Karenanya, tidak perlu khawatir secara berlebihan.

"Sejauh ini belum ada gangguan yang signifikan," kata Menhub ditemui di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (12/9/2019).

Baca juga: Fakta Kabut Asap di Sumatera dan Kalimantan, Penerbangan Dibatalkan hingga Warga Sesak Nafas

Menurut Menhub, kendati belum parah dampak yang ditimbulkan oleh karhutla, namun faktor keamanan dan keselamatan dalam maskapai penerbangan menjadi yang utama.

Karena itu perusahan maskapai penerbangan harus memperhatikan hal itu dengan baik.

"Namun safety suatu keharusan. Jadi kita akan memantau bagaimana kebakaran hutan itu, (apakah) kabut itu menganggu, akan ada rekomendasi kepada para awak penerbangan," tuturnya.

Budi mengaku, hingga kini pihaknya belum menerima seberapa parah dampak yang ditimbulkan kabut dari karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Pihaknya akan terus memantau kondisi  dan perkembangan peristiwa lebaran kshatan tersebut.

"Sekarang masih bisa mendarat dengan baik. Jarak pandangnya masih dalam toleransi," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, sebuah pesawat Garuda Indonesia batal mendarat di Bandara Cilik Riwut, akibat kabut asap yang menyelimuti Kalimantan Tengah, Kamis (12/9/2019).

Manager Finance And Human Resource Angkasa Pura Ii Cilik Riwut Palangkaraya, Geni Suprayadi mengatakan, kebakaran lahan kini mulai berdampak buruk bagi jalur penerbangan.

Bandara tersebut diselimuti kabut asap yang cukup tebal dan pekat, sehingga jarak pandang menjadi sangat terbatas, membuat pesawat yang akan lepas landas dan mendarat menjadi tidak aman.

“Saat ini, jarak pandang hanya dibawa satu kilometer, sangat beresiko untuk lepas landas serta pendaratan pesawat,” kata Geni, saat ditemui Kompas.com, di Kantor Angkasa Pura II Bandara Cilik Riwut, Palangkaraya, Kamis.

Pesawat Garuda yang batal mendarat di Bandara Cilik Riwut itu berasal dari Jakarta tujuan Palangkaraya yang harusnya mendarat pukul 07.20.

Karena gangguan kabut asap ini, pesawat tersebut dialihkan pendaratannya ke Bandara Sepinggan, Balikpapan. “Nanti apabila kondisi kabut asap semakin tipis dan jarak pandang aman untuk jalur penerbangan, maka semua aktivitas penerbangan akan kembali normal," ujar Geni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com