Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Masih Jauh dari Bayang-bayang Resesi

Kompas.com - 13/09/2019, 18:36 WIB
Murti Ali Lingga,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengungkapkan, saat ini Indonesia masih jauh dari ancaman resesi. Menurut dia, dengan ketahanan ekonomi saat ini Indonesia masih bisa bertahan di tengah perlambatan ekonomi global.

"Beberapa hari ini rupiah bahkan menguat, jadi hemat saya justru karena ada endogen faktor di dalam negeri itu terlalu mensimplifikasi bahwa kalau di luar katakanlah Turki resesi, Argentina, Afrika Selatan itu bukan sesuatu yang baru, kita bicara itu setahun yang lalu," kata Arif di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Jumat (13/9/2019).

Arif menuturkan, sejauh ini ketahanan ekonomi Indonesia ditopang konsumsi rumah tangga terbilang signifikan. Karenanya, secara fundamental Indonesia masih jauh dari bayang-bayang resesi.

"Secara market kita ini besar 260 juta penduduk, kalau kita bicara konsumsi menggerakkan ekonomi PDB-nya sudah 55 persen, orang butuh belanja, butuh barang. Jadi yang disebut dengan capital outflow itu harus kita bagi apakah itu berbasis portfolio?" sebutnya.

Baca juga: Singapura Alami Resesi, Indonesia Bisa Ketiban Untung

Mengenai laporan Bank Dunia yang menyebut bahwa Indonesia bisa terseret resesi global karena ada ancaman capital outlow (arus modal keluar) yang besar, Arif menyebut bahwa anggap saja hal itu sebagai peringatan.

Menurut dia, ancaman capital outflow mungkin ada di pasar saham itu pun hanya terbatas. Sementara untuk surat utang pemerintah, bunga yang diberikan Indonesia masih sangat bersaing.

"Surat utang negara 10 tahun di atas 7 persen ada enggak negara tetangga yang bisa kasih di atas itu? Enggak ada kan? Jadi mungkin masuk portfolio saham, mungkin ya. Tapi saham-saham investor yang jangka panjang mereka enggak bakal keluar. Top 5 itu BUMN, ada BRI, Mandiri, untungnya triliunan," sebut dia.

"Jadi masih jauh dari ancaman resesi. Kita hargai Bank Dunia jika itu sebagai warning tapi kalau kita lihat secara fundamental kita memiliki ketahan ekonomi," tambahnya.

Baca juga: Ingin Cuan di Tengah Ancaman Resesi, Simak Tips dari Lo Kheng Hong

Diberitakan sebelumnya, sejumlah negara kini tengah alami resesi ekonomi salah satunya Singapura

Negara ini tengah terpukul akibat perang dagang yang tak berkesudahan antara Amerika dan China. Senior Economist dan ASEAN UBS , Edward Teather menilai resesi ekonomi yang dialami Singapura akan menguntungkan Indonesia. "Tidak perlu khawatir atas perlambatan pertumbuhan Singapura terhadap aliran modal," kata Edward ditemui di Kantor UBS, Jakarta, Kamis (29/8).

Edward berpendapat, efek pelemahan ekonomi Singapura hanya membayangi sentimen investasi  negara-negara di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Sisi lain, kondisi tersebut akan menguntungkan Indonesia, terutaman di pasar keuangan.

Hal ini karena negara  "The Lion City"  ini butuh tempat berinvestasi untuk meningkatkan ekonominya. "Percayalah, investasi di kawasan yang melambat justru menunjukkan sentimen positif ke Indonesia, mencerminkan aliran modal masuk," ujarnya.

Baca juga: Dilanda Resesi, Menteri Ekonomi Argentina Mengundurkan Diri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Kemenaker Siapkan Aturan Pekerja Berstatus Kemitraan, Ini Tanggapan InDrive

Whats New
Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

Kaum Mumpung-mumpung, Maksimalkan Penawaran Terbaik Lazada untuk Belanja Aneka Kebutuhan Ramadhan

BrandzView
Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Musim Hujan, Petani Harus Waspadai Serangan Hama

Whats New
Contoh Surat Perjanjian Utang Piutang di Atas Materai yang Benar

Contoh Surat Perjanjian Utang Piutang di Atas Materai yang Benar

Whats New
Pemerintah Belum Berencana Revisi Permendag soal Pengaturan Impor

Pemerintah Belum Berencana Revisi Permendag soal Pengaturan Impor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com