JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, Indonesia masih jauh dari ancaman resesi. Hak tersebut disampaikan menanggapi maraknya isu ancaman resesi yang melanda sejumlah negara seperti Eropa hingga Singapura.
Perry pun menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun bakal berada di kisaran 5,1 persen, sedangkan tahun depan diperkirakan masih tumbuh 5,3 persen. Adapun definisi resesi adalah, ketika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi negatif di dua kuartal beruntun dalam tahun yang sama.
"Kalau (Indonesia) tumbuh 5,3 persen itu belum termasuk dalam definisi resesi. Jelas ya?" tegas Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis (19/9/2019).
Baca juga: Pembangunan Ibu Kota Baru Bisa Tangkal Risiko Resesi?
Perry pun menjelaskan, perekonomian global, meski diprediksi bakal tumbuh melambat juga belum mengalami resesi. BI memrediksi tahun depan sebesr 3,2 persen, revisi dari prediksi sebelumnya yang sebesar 3,3 persen. Sementara tahun ini, pertumbuhan ekonomi global diprediksi bakal berada di kisaran 3,2 persen.
"Tentu itu belum masuk dalam definisi resesi," ujar dia.
Namun demikian, Perry tak menampik posisi Indonesia dalam keadaan sulit seiring permintaan global dan harga komoditas yang menurun, meski beberapa produk ekspor manufaktur seperti kendaraan bermotor dan garmen tetap tumbuh positif.
Kondisi ini, kata dia, berdampak pada belum kuatnya pertumbuhan investasi, khususnya investasi non bangunan, sementara pertumbuhan investasi bangunan cukup baik didorong oleh pembangunan proyek strategis nasional.
"Konsumsi swasta tumbuh terbatas, meskipun konsumsi rumah tangga tumbuh stabil didukung oleh penyaluran bantuan sosial pemerintah," papar dia.
Baca juga: Indonesia Masih Jauh dari Bayang-bayang Resesi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.