Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo di Mana-mana, Dana Asing Senilai Rp 1 Triliun Kabur dari Bursa

Kompas.com - 24/09/2019, 18:30 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber KONTAN

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada perdagangan hari ini aksi jual asing atau net sell di pasar reguler tercatat hampir Rp 1 triliun atau tepatnya Rp 993,94 miliar.

Adapun dalam periode year to date (YTD) aksi jual asing mencapai Rp 15,55 triliun di pasar reguler. Analis menilai sentimen domestik membuat asing ketakutan.

Mengutip Kontan.co.id, Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menjelaskan investor asing kabur karena khawatir dengan kondisi dalam negeri.

“Adapun hal ini terlihat beberapa waktu belakangan asing sudah mulai keluar dari pasar Indonesia karena tercatat net sell Rp 200 miliar sampai Rp 300 miliar dalam sehari,” jelasnya, Selasa (24/9/2019).

Baca juga : Demonstrasi di Sejumlah Kota Bikin IHSG Tergelincir

Sebenarnya sebelum unjuk rasa asing sudah mulai keluar dari pasar Indonesia. Selain karena hari ini ada masalah unjuk rasa, di sepanjang 2019 ini menurut Teguh banyak sekali masalah yang terjadi. Sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan cukup dalam.

Misalnya saja pada bulan Mei 2019 lalu ada masalah demonstrasi pemilihan presiden (pilpres) yang membuat IHSG terkoreksi sampai di level 5.800. Namun pada Juni sampai Juli IHSG mulai naik.

Kemudian IHSG kembali tertekan karena masalah cukai rokok yang membuat saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terkoreksi cukup dalam. Alhasil, IHSG masih saja bergerak stagnan.

Namun menurut Teguh, berkaca pada bulan Mei kemarin IHSG mampu naik lagi karena diselamatkan investor lokal yang memanfaatkan momentum ini dengan banyak membeli saham yang murah.

Menurut Teguh dalam beberapa tahun terakhir, minat investor lokal meningkat untuk masuk ke pasar modal. Buktinya sampai saat ini jumlah investor individu sudah tembus 2 juta orang.

Artinya investor ritel walaupun tidak memborong saham layaknya asing, bisa menyelamatkan IHSG karena orang yang membeli saham banyak.

Di tengah keadaan ini, Teguh mengatakan semua saham baik bluechip, secondliner, ataupun third lliner harganya sudah murah. “Saham ASII di bawah Rp 7000 per saham yakni di Rp 6.457 kemudian saham BBNI juga sudah di level Rp 7.450 dari sebelumnya di Rp 8.000,” imbuhnya.

Jadi strategi yang paling tepat untuk dilakukan adalah masih wait and see hingga laporan keuangan kuartal III 2019 keluar. Sebab ada baiknya walaupun semua saham direkomendasikan beli karena harga murah, investor juga perlu memperhatikan fundamental perusahaannya.

Namun Teguh memberi lampu merah pada saham di sektor komoditas karena prospek batubara juga masih belum jelas.

Menurut Teguh bagi investor tidak usah terlalu memperhatikan masalah fluktuasi jangka pendek, jadi Teguh menyarankan beli saja lalu hold. Sebab saham bluechip yang sebelumnya naik 20%-30% saat ini valuasinya sudah turun jauh. Jadi ada peluang besar untuk cuan di kemudian hari.

Teguh memproyeksikan saham-saham ini, khususnya bluechip kinerjanya bakal kembali positif setelah 2020 di saat banyak program dan masalah politik yang mulai mereda. (Arfyana Citra Rahayu)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul : Net sell hampir Rp 1 triliun, asing kabur karena banyak demonstrasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com