Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Capai Target Bauran Energi Terbarukan, RI Perlu Lakukan Ini

Kompas.com - 25/09/2019, 17:09 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - International Institute for Sustainable Development (IISD) memandang Indonesia perlu melakukan langkah pasti dan cepat untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.

Pasalnya, hingga saat ini bauran energi terbarukan Indonesia baru mencapai sekitar 13 persen.

Penasehat Senior untuk Kebijakan Energi, dan Pimpinan IISD-GSI Indonesia Program Philip Gass mengatakan, pihaknya telah melakukan studi soal ini.

Laporan tersebut ingin memperlihatkan diperlukannya beberapa kebijakan yang dapat membantu pemerintah Indonesia untuk mencapai dan bahkan melampaui target tersebut.

“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang lebih dari cukup untuk mencapai dan bahkan melampaui targetnya," kata Gass dalam diskusi bertajuk “Masa Depan Kebijakan Energi Terbarukan” di Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Baca juga: PLN Tawarkan Layanan Energi Terbarukan untuk Pelanggan Industri

Menurut dia, Indonesia punya kesempatan dan peluang untuk terus meningkat persentase EBT melihat kondisi yang ada. Karena itu, pemerintah Indonesia harus melihat kekurangan dan kelemahan yang ada saat ini.

“Turunnya biaya energi terbarukan secara dramatis akhir-akhir ini membuka kesempatan bagi Indonesia untuk meraih keuntung dari sumber energi terbarukannya. Yang kurang di sini adalah kebijakan yang memungkinkan pelaku usaha dan masyarakat untuk mengambil peran di dalam momentum ini," ungkapnya.

Dia menambahkan, dalam laporannya IISD juga memberikan rekomendasi tentang perubahan kebijakan utama yang diyakini akan meningkatkan penanaman modal di seltor energi terbarukan. Sebab, ihawal kini cenderung terhambat oleh insentif fiskal untuk energi fosil dan perluasan penggunaan batubara.

“Jika kita lihat tren pasar global, kita bisa melihat adanya penurunan drastis harga energi terbarukan dan teknologi bahan bakar fosil yang cenderung stabil. Jika tren ini terus berlanjut, suatu saat batu bara akan jadi opsi yang lebih mahal daripada energi terbarukan," imbuhnya.

Baca juga: Ini Upaya Pemerintah Capai Target EBT 23 Persen di 2025

"Kita perlu merencanakan transisi menuju energi terbarukan sejak dini adalah investasi yang baik untuk masa depan Indonesia," sambung Philip.

Sementara itu, Associate dan Country Coordinator for Indonesia Lucky Lontoh menilai, saat ini kebijakan harga pasokan listrik dari batubara mensyaratkan harga listrik dari ET (Energi Terbaru)  maksimal 85 persen dari harga batubara.

Artinya, dalam skema ini pengembang energi terbarukan mendapatkan 15 persen harga yang lebih rendah daripada pengembang energi fosil walaupun memproduksi energi yang sama besar.

“Jika kebijakan ini bisa diganti dengan perhitungan harga yang lebih berimbang, kita dapat melihat perkembangan pasar energi terbarukan yang lebih cepat di Indonesia,” kata Lucky.

Baca juga: Puluhan Proyek Pembangkit Listrik EBT Masih Menggantung

Menurut Lucky, yang menjadi alasan utama di balik kebijakan saat ini adalah upaya pemerintah untuk mengamankan listrik yang terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia. Padahal, ada peluang besar untuk mengembangkan energi terbarukan, mencapai target elektrifikasi, tanpa meningkatkan harga listrik atau menggelembungkan subsidi.

“Harga batu bara saat ini tidak merefleksikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh polusi udara dan perubahan iklim," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com