Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan PLTN Opsi Terakhir Bagi Indonesia, Mengapa?

Kompas.com - 25/09/2019, 20:52 WIB
Murti Ali Lingga,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma mengatakan, menghadirkan energi listrik bertenaga nuklir menjadi pilihan paling buncit bagi Indonesia. Sebab masih ada sumber energi lain yang bisa dimanfaatkan.

"Kalau nuklir itu di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), itu kan opsi terakhir," kata Surya ditemui di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Menurut Surya, dalam PP itu jelas pemerintah telah menentukan terkait PLN menjadi opsi paling terakhir untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi. Apalagi, diketahui PLTN tidak masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028.

Namun, jika sudah lewat pada 2030 maka pilihan energi yang dihasilkan nuklir bisa jadi pilihan dari opsi lain, seperti tenaga surya, batubara, dan lainnya.

"Karena itu angka sampai tahun 2030, kan belum masuk. Jadi fine aja setelah itu terima masuk, setelah tahun 2030," ungkapnya.

Baca juga: KEIN Dorong Pembangunan PLTN di Indonesia

Dia menjelaskan, selama ini publik sudah mengetahui apa yang sedang diupayakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yakni lewat energi baru dan terbarukan (EBT). Kini, bauran energi terbarukan Indonesia baru mencapai sekitar 13 persen.

Karenanya, pemerintah harus serius dan fokus dulu untuk memenuhi barang EBT ynag dicanagkan sebesar 23 persen pada 2025 mendatang.

"Tapi yang orang selalu pertanyakan kan EBT yang sudah jelas angkanya, yang energi terbarukan sekian-sekian itu yang justru tidak terpenuhi kan?" bebernya.

"Kalau dari aspek dari energi, kalau nuklir kan memang bersih tapi tetap ada wash-nya (risiko) juga," tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, KEIN telah mengunjungi Korea Selatan atas undangan Korea Electric and Power Company (KEPCO) dan Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI).

Baca juga: Anggota Komisi VII DPR Dorong Pemerintah Segera Realisasikan PLTN

Dalam kunjungan itu, salah satu topik yang dibahas, yakni soal pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Ketua Kelompok Kerja Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) KEIN RI Zulnahar Usman mengatakan, ketersediaan energi listrik yang cukup akan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi.

Karena itu, pihaknya berupaya mendorong tumbuhnya ketersediaan listrik, salah satunya melalui PLTN di Indonesia.

"Berkaca ke Korea Selatan, yang tidak ada campur tangan dan intervensi terhadap perusahaan listriknya dari kepentingan pribadi dan golongan, mereka bisa memanfaatkan perusahaan energi-nya untuk mendulang materi, menjadi negara yang maju dengan penyediaan energi-nya yang mumpuni," ujar Zulnahar dalam keterangannya, Senin (23/9/2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com