Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Isu Trump Bakal Dimakzulkan, Apa Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?

Kompas.com - 27/09/2019, 14:17 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump terancam dimakzulkan oleh parlemen.

Ketua Kongres AS Nancy Pelosi beberapa hari yang lalu mengatakan bakal memulai langkah investigasi untuk memakzulkan Presiden AS yang kontroversial itu.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan isu pemazulan Trump lebih banyak memberi dampak positif ketimbang negatif terhadap perekonomian RI.

Sebab, sebagai salah satu negara tujuan investasi (safe haven), ketika AS bergejolak, negara-negara ekonomi berkembang seperti Indonesia justru bakal mendulang untung.

"Sebetulnya sih, tentu saja AS itu kan negara kedua tujuan ekspor kita setelah China, mereka perang aja kita ada kenanya lah. Tapi sejauh ini kan tidak terlalu besar dampaknya apalagi kalau mau impeachment, baru mau, belum terjadi," ujar Darmin ketika ditemui awak media di kantornya, Jumat (27/9/2019).

Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Butuh Perlindungan dari Kicauan Trump

"Itu positifnya buat kita lebih banyak daripada negatifnya. Negara maju seperti AS selalu dianggap sebagai safe haven kalau dia masalah, kita ada untungnya," jelas Darmin.

Sebagai informasi, rencana pemakzulan Trump dilakukan lantaran Pelosi mendapatkan bukti presiden kontroversial itu melakukan penyalahgunaan kekuasaan.

Pernyataan itu disampaikan setelah Trump mendorong Ukraina untuk menyelidiki keluarga mantan Wakil Presiden Joe Biden, salah satu rival utamanya untuk kepresidenan pada tahun 2020.

Saat ini setidaknya ada 187 anggota DPR yang telah mendukung tindakan pemakzulan, dan jumlahnya terus meningkat.

Baca juga: Sri Mulyani: Kicauan Trump di Twitter Pengaruhi Perekonomian

Darmin mengatakan, kian meningkatnya ketegangan tensi politik AS bakal mendorong masuknya inflow ke Indonesia. Meski, di dalam negeri sendiri dalam beberapa terakhir juga sedang dihadapkan pada kondisi politik yang tidak stabil.

Pasalnya, perekonomian AS mulai menunjukkan tanda-tanda resesi yang membuat investor kembali masuk ke pasar negara berkembang.

"Sebenarnya itu juga bagian dari proses, ya bahwa di sendiri tingkat bunga jangka pendek itu sama atau sudah bahkan mendekati lebih tinggi dari tingkat bunga jangka panjang, itu indikator resesi ekonomi," ujar Darmin.

"Akibatnya apa? Dia menurunkan tingkat bunga, pelonggaran, supaya orang investasi. Karena dia turunkan tingkat bunga, kita juga punya kesempatan turunkan tingkat bunga," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com