Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daya Beli Masyarakat Diprediksi Melambat

Kompas.com - 29/09/2019, 18:27 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Daya beli masyarakat pada semester II 2019 diperkirakan tidak akan sekuat semester I.

Daya beli masyarakat di semester I didukung oleh pemilihan umum yang jatuh pada April dan Lebaran pada Juni 2019. Kedua peristiwa ini menjadi pendorong perekonomian pada semester I.

Selain itu di semester II, melambatnya pertumbuhan konsumi karena rendahnya subsidi yang diberikan pemerintah. Konsumsi di luar Jawa ada kemungkinan akan terpengaruh oleh turunnya harga komoditas, seperti harga minyak kepala sawit (CPO) dan batu bara.

Turunnya harga komoditas CPO dan harga produk pertanian lainnya juga akan berdampak  terhadap daya beli masyarakat di semester II. Sebab, industri-industri yang berbasis komoditas pertanian menyumbang sepertiga dari total lapangan kerja di Tanah Air

“Berakhirnya pemilihan presiden, yang berkaitan erat dengan belanja pemerintah, seperti bantuan sosial dan bantuan dana tunai, berakhirnya Lebaran, serta melemahnya harga komoditas, khususnya CPO dan batu bara, menyebabkan belanja konsumsi sedikit melambat,” ujar Analis DBS Group Research David Arie Hartono dalam riset Indonesia Consumer yang dirilis pada Agustus 2019 yang diterima Kompas.com, Minggu (29/9/2019).

Baca juga: Menko Darmin: Penurunan Uang Muka KPR akan Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Namun demikian, perlambatan pertumbuhan konsumsi tidak terjadi secara signifikan. Sebab, ada faktor pemberian bonus dan gaji ke 13 bagi aparatur sipil negara (ASN) pada bulan Mei 2019.

“Pemberian bonus dan gaji itu seharusnya bisa mendorong belanja retail pada kuartal II dan semester II 2-19,” kata dia.

Selain itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pasar ketenagakerjaan cukup kuat dengan berlanjutnya proyek-proyek pemerintah, tren kenaikan upah pekerja konstruksi, serta turunnya tingkat pengangguran di Indonesia menjadi 5 persen pada Februari 2019.

Pasca Lebaran dan pemilihan presiden, pertumbuhan konsumsi diharap tetap akan positif , terutama karena tidak adanya hari libur nasional dan peristiwa-peristiwa politik. 

Para retailer yang menargetkan kelas menengah ke atas bisa memanfaatkan kelompok yang memiliki pendapatan lebih stabil ini. Kelompok ini biasanya banyak membelanjakan uangnya untuk pakaian, meskipun tidak ada acara-acara yang tidak biasa.

‘Indonesia Great Sale’, yang diselenggarakan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) di 321 mal di Tanah Air selama 14-25 Agustus 2019 untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia, menjadi katalis positif bagi pertumbuhan konsumsi di semester II. 

“Kami berharap penjualan ritel naik saat Natal dan di akhir tahun,” kata David.

“Perusahaan-perusahaan ritel bisa meningkatkan penjualan mereka selama masa-masa ini," jelas dia.

Sebagai informasi, Aprindo menargetkan transaksi dalam ‘Indonesia Great Sale’ bisa mencapai Rp 35 triliun.

DBS Group Research berpendapat kegiatan yang memberikan diskon hingga 74 persen itu bisa memberikan katalis kepada seluruh perusahaan ritel di kuartal III, karena bisa memberikan stimulus berbelanja pasca Lebaran. Natal juga bisa meningkatkan belanja di kuartal IV. 

Namun, penjualan online dapat menjadi ancaman karena penjualan mereka juga bisa saja meningkat lewat program ‘Hari Belanja Online Nasional’ (Harbolnas) yang jatuh di bulan Desember.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com