Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Masih Loyo, Saham Sektor Apa yang Bisa Jadi Pilihan?

Kompas.com - 30/09/2019, 12:11 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Hingga memasuki kuartal ketiga tahun ini, geliat perekonomian belum memperlihatkan tanda-tanda penguatan yang berarti, kinerja ekspor dan investasi masih menghadapi persoalan sebagai dampak dari perang dagang antara Amerika dan Cina yang masih berlanjut.

Satu-satunya yang masih memberi kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi domestik bersumber dari konsumsi masyarakat.

Dalam jangka pendek tantangan terhadap sektor konsumer terutama akan bersumber dari risiko lemahnya serapan tenaga kerja untuk sepenuh waktu dan persaingan yang masih akan ketat untuk kategori produk yang pertumbuhannya cukup pesat.

Baca juga: Dana Pensiun Kanada Beli 45 Persen Saham Tol Cipali

Demi mempertahankan kinerja positif, perusahaan diperkirakan akan melakukan inovasi produk atau melakukan repackaging atau penyesuaian terhadap ukuran/volume atas barang tertentu.

"Dengan melihat kondisi perekonomian terkini dan kedepannya, Bahana memberi rekomendasi beli atas saham PT Unilever Indonesia dengan target harga Rp 52.200 per lembar saham karena memiliki produk yang lebih beragam mulai untuk masyarakat segmen atas hingga bawah," ujar Analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (30/9/2019).

Sebagai informasi, perusahaan berkode saham UNVR ini dalam lima tahun terakhir mampu membukukan kinerja yang positif dengan margin yang stabil di kisaran 23 persen setiap tahunnya.

Baca juga: Beli Saham Perusahaan Saat IPO, Apa Untungnya?

UNVR juga salah satu perusahaan yang dinilai cukup disiplin dalam menjaga kesehatan keuangannya.

‘’Untuk beberapa jenis product, Unilever menjadi market leader dan memiliki brand global, untuk segmen personal care yang persaingannya cukup ketat dalam 5 tahun terakhir ini, Unilever semakin aktif mengeluarkan produk-produk baru sehingga mampu bersaing demi menjaga market share,’’ papar Giovanni.

Rekomendasi beli juga diberikan kepada PT Mayora Indah, dengan target harga Rp 2.900 per lembar saham karena perusahaan ini sudah cukup memiliki nama yang kuat untuk beberapa segmen tertentu. Demikian juga halnya untuk segmen makanan khususnya biskuit yang persaingannya cukup ketat, perusahaan berkode saham MYOR ini, memiliki prospek yang stabil.

Dengan kondisi Indonesia yang terkini ketika permintaan akan kopi dan produk-produk yang terkait dengan kopi sedang naik daun, akan berdampak positif pada penjualan baik untuk domestik maupun ekspor.

"Mayora memiliki brand equity yang kuat untuk makanan ringan seperti biscuit, permen, dan coklat, yang produknya banyak dicari semua kalangan masyarakat," terang Giovanni.

Baca juga: Melantai di Bursa, Saham Startup Ini Menguat 50 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com