YANG bahkan lebih dahsyat dan bikin menganga dari ekstrimnya perkembangan teknologi digital di setiap tahun, adalah efek yang diakibatkannya.
Efek yang menggoyang semua lapisan kehidupan ibarat gempa revolusi yang masa bodoh dengan ketidaksiapan Anda, dan mengubah cara orang belajar, operasional bisnis, cara menikmati berita, sampai teknik ngegombal yang kini cukup pakai gambar emoji dengan mata berbentuk hati.
Lalu dengan satu klik, mengirim bunga dengan poin diskonan di jasa online delivery.
Anda tahu kok soal ini. Anda melihat sendiri efeknya setiap hari bahkan di rumah sendiri.
Dan kalau Anda, seperti banyak perusahaan lain yang berpikir dengan keluar duit setumpuk untuk membeli teknologi, bisa menyiapkan Anda untuk revolusi ini, maka mendingan Anda bakar duit itu di halaman depan bersama daun kering, karena usaha Anda bisa jadi sudah gagal sebelum dimulai.
Karena sebenarnya, transformasi digital BUKANLAH tentang teknologi.
Baca juga: Manfaatkan Teknologi, Bangun Usaha Rintisan Kian Mudah
Riset tentang ini telah dan terus dilakukan di dunia bisnis, yang menemukan 84 persen usaha transformasi digital rentan gagal.
Dari 1 triliun dollar AS di seluruh dunia yang diinvestasikan perusahaan untuk upaya transformasi digital pada tahun 2017, dan diduga bakal membengkak hingga 2,1 triliun dollar AS di 2021, 84 persennya tidak akan mencapai transformasi yang diharapkan.
Kenapa?
Karena sebagian besar dari dana ini digunakan hanya untuk ‘membeli’ teknologi.
“Alahhh, bisnis sih tetap gitu- gitu aja. Tinggal cara bisnis lama diterapkan pake teknologi digital kan beres”, kata banyak orang bisnis yang gagal paham. Duka terdalam saya untuk mereka – mereka ini.
Dalam kegiatan harian saya sebagai trainer dan konsultan, serta pengurus HIPMI Jabar, saya ketemu mahluk ginian bukan cuma satu dua biji saja, tapi satu dua koloni!
Yang gagal mereka pahami, adalah bahwa teknologi bukan esensi perubahan ini. Teknologi hanya suatu PEMICU perubahan.
Teknologi digital yang terus berkembang memunculkan habit baru, rutinitas baru, dan tuntutan baru dari semua orang.
Yang tadinya baca berita dari kertas, sekarang dari layar.