Menjadi Kepala Cabang di Singaparna, membuatnya mesti menjadi "singa" saat menyelesaikan permasalahan kredit. Dia pun diberi fasilitas rumah dilengkapi bodyguard mengingat nasabah yang dihadapinya memang sulit.
Kasus yang begitu rumit dan panjang tersebut akhirnya bisa dia selesaikan dalam waktu 10 bulan.
"Sementara Dirut BRI saat itu berpikir saya bisa menyelesaikannya dalam waktu yang wajar, yakni 2 tahun. Saya merasa ini momen paling tepat yang saya ambil sehingga dikenal jajaran direksi. Kalau saya ke AS, mungkin saya enggak menguasai ilmu lapangan ini," kata Asmawi.
Selain momen mendebarkan dan penuh tantangan, Asmawi juga menceritakan momen unik di kantornya. Dia pernah mendatangi kantor cabang pukul 01.00 malam, yang menjadikannya target pukul satpam.
Beberapa waktu setelahnya, satpam tersebut mengajukan surat pengunduran diri, mengingat dia sudah meninggalkan tugas menjaga pada malam itu, dan memukul atasan.
"Ya sudah saya izinkan untuk mengundurkan diri. Selang 15 menit saya panggil lagi, saya suruh bikin lamaran kerja lagi. Dia bilang enggak mau, ini kehormatan untuk dia. Tolong dihargai," kata Asmawi.
"Tapi saya bilang, 'Saya sudah menghargai kamu dengan mengizinkan kamu mengundurkan diri. Sekarang kamu masak tidak menghargai saya untuk menjadi satpam lagi?'. Dirut BRI yang saat itu menjabat pun tahu tentang kejadian itu," imbuh dia.
Selain itu, sosok Asmawi Syam juga menjadi sosok penting dalam perjalanan bisnis BRI. Misalnya saat meluncurkan kartu kredit perdana. Asmawi juga berperan saat membawa BRI masuk ke industri strategis dengan mendanai proyek di PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad.