Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredit Macet Fintech Capai 3,06 Persen, Apa Kata OJK?

Kompas.com - 11/10/2019, 08:29 WIB
Rina Ayu Larasati,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mencatat kredit macet atau tingkat wanprestasi keberhasilan pengembalian pinjaman (TWP) 90 hari fintech peer to peer lending berada di angka 3,06 persen. 

Angka ini lebih tinggi ketimbang akhir tahun lalu yang hanya 1,45 persen.

Lalu, apa kata Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal meningkatnya tingkat wanprestasi pengembalian pinjaman fintech peer to peer lending?

"(Angka tersebut) sama sekali tidak berbahaya, masih sangat logis," ujar Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi saat ditemui di Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Hendrikus menilai, salah satu penyebab dari naiknya angka kredit macet adalah meningkatnya jumlah peminjam baru yang naik setiap tahunnya.

 

Baca juga: Terbaru, 6 Fintech Peer to Peer Lending Kantongi Izin dari OJK

Sehingga bila OJK memberikan batas NPL, maka para pemberi pinjaman akan memberikan uangnya secara selektif kepada peminjam.

"Dibandingkan dengan bank, fintech lending dilarang memberi jaminan dalam bentuk apapun, jadi jika ada rupiah yang macet maka lender yang menanggung," katanya

Sementara itu, AFPI berpandangan, kenaikan TWP 90 hari peer to peer lending ke level 3,06 persen merupakan hal yang wajar.

“Itu akan terkoreksi sendiri, sebab setiap risk yang ada, maka machine learning risiko peer to peer lending akan terus meningkat. Tapi kalau kita lihat lebih jauh, institusi keuangan yang lebih prudent saja, batas kredit macetnya 5 persen. Kalau kami di bawah itu, jangan dibilang jelek,” ujar Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas AFPI Tumbur Pardede.

Tumbur kemudian mengatakan, peer to peer lending memiliki ruang untuk menyasar para masyarakat yang belum tersentuh layanan keuangan bank (unbanked).

Sebab, peer to peer lending tidak menggunakan jaminan, hanya mengolah berbagai data sebagai analisis mengukur risiko suatu pinjaman.

Baca juga: Sinergi Fintech dan Perbankan Tak Bisa Dihindari, Mengapa?

OJK mencatat, jumlah peminjam di fintech lending mencapai 12,8 juta per Agustus 2019. Jumlah tersebut 24 kali lebih banyak ketimbang pemberi pinjaman atau investor.

Total pinjaman di industri ini mencapai Rp 54,71 triliun per Agustus 2019. Nilai ini tumbuh 141,4 persen year to date (ytd) dari posisi Desember 2018 senilai Rp 22,66 triliun.

Jumlah peminjam di fintech peer to peer lending tumbuh 194,4 persen sejak awal tahun . Pada akhir tahun lalu, jumlah peminjamnya 4,4 juta.

Mayoritas peminjam berdomisili di Pulau Jawa, yakni 10,64 juta atau tumbuh 190,3 persen (ytd). Sedangkan peminjam di luar Pulau Jawa tumbuh 215,3 persen (ytd) menjadi 2,2 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com