Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER MONEY] 6 Merek Obat Ranitidin Tercemar NDMA | Mantan Menteri SBY Dicalonkan Jokowi

Kompas.com - 12/10/2019, 07:13 WIB
Erlangga Djumena

Editor

1. BPOM: 67 Merek Obat Mengandung Ranitidin Diperiksa, 6 Tercemar NDMA

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menarik peredaran obat yang mengandung ranitidin dari pasaran.

Obat yang digunakan untuk meredakan asam dan tukak lambung tersebut ditarik lantaran diindikasi tercemar zat N-nitrosodimethylamine ( NDMA) yang bisa memicu timbulnya sel kanker.

Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, pihaknya telah memeriksa 67 obat yang mengandung ranitidin dengan 6 di antaranya positif tercemar NDMA. Obat-obat ini berbentuk sirup, injeksi, dan tablet.

"Perkembangan teknologi pengujian dalam beberapa tahun bisa terlihat tercemar," ujar dia ketika memberi penjelasan kepada awak media di Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Simak selengkapnya di sini

2. Jokowi Calonkan Mantan Menteri SBY Jadi Pimpinan Bank Dunia

Presiden Joko Widodo mencalonkan mantan menteri era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY) untuk duduk dalam pimpinan Bank Dunia.

Ia adalah Marie Elka Pangestu, Menteri Perdagangan masa jabatan 2004-2011 dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2011-2014.

“Mencalonkan Ibu Marie Pangestu untuk menjadi wakil Indonesia di World Bank,” ujar Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

“Sekarang sedang diproses. Kita doakan mungkin dalam waktu dekat ini akan ada pengumuman mengenai itu,” sambung dia.

Apa alasan Jokowi mencalonkan Mari Elka? Baca di sini

3. BPOM Beri Waktu 80 Hari Bagi Produsen Tarik Produk Ranitidin dari Pasaran

Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM) baru saja membekukan izin edar atas produk obat-obatan yang mengandung ranitidin.

Kepala BPOM Penny K Lukito pun mengatakan, produsen farmasi yang memiliki produk renitidin diberi waktu 80 hari untuk menarik produk yang mereka edarkan di pasaran. Selain itu, produsen juga diminta untuk berhenti memroduksi obat tersebut.

"Harusnya produk ranitidin yang mengandung bahan cemaran sudah tidak ada di pasaran. Ada batas waktu 80 hari sejak 9 Oktober 2019," ujar Penny di Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Sebagai informasi, ranitidin merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan gejala penyakit tukak lambung dan tukak usus. Ranitidin tersedia dalam bentuk sediaan tablet, sirup, dan injeksi.

Baca selengkapnya penjelasan BPOM di sini

4. Fitur PayLater Disalahgunakan, Ini yang Dilakukan Traveloka

Penyalahgunaan fitur PayLater dari penyedia jasa layanan perjalanan dan gaya hidup berbasis digital kembali marak.

Modus yang biasanya digunakan, pelaku biasanya membobol akun pengguna Traveloka dan menggunakan fitur Paylater tanpa izin pemilik akun asli.

Untuk mengantisipasi hal serupa kembali terjadi, pihak Traveloka pun mengembangkan sistem perlindungan berangkap dan manajemen keamanan demi mencegah aktivitas yang mencurigakan.

“Keamanan data pengguna tentu saja menjadi prioritas kami dan kami berupaya untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Untuk itulah, kami menerapkan sistem perlindungan berlapis, yaitu Traveloka Secure Code dan Account Deactivation,” ujar SVP Financial Product Alvin Kumarga dalam keterangannya kepada Kompas.com, Jumat (11/10/2019).

Simak tanggapan Traveloka selengkapnya di sini

5. Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Digital RI Bikin Iri

Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi digital di 2025 mencapai 130 miliar dollar AS. Saat ini, kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, ekonomi digital di Indonesia mencapai 40 miliar dollar AS.

“Potensinya (ekonomi digital) di Indonesia bisa mencapai 130 miliar dollar AS pada tahun 2025," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (10/10/2019) malam.

Menurut perempuan yang akrab disapa Ani itu, saat ini pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia paling pesat dibandingkan negara lainnya di Indonesia. Atas dasar itu, dia yakin ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai 130 miliar AS di 2025.

Growth dari ekonomi digitalnya termasuk yang tercepat, growth by 40 persen setiap tahunnya. Ini merupakan angka yang membuat kita semua iri," kata Ani.

Baca selengkapnya di sini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com