Pembagian sembako gratis dimulai pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2005 agar masyarakat miskin dapat meningkat kesejahteraannya.
Bedanya, saat ini program Kartu Sembako Jokowi merupakan bagian dari program besar untuk meningkatkan kesejaheraan masyarakat miskin.
Dalam program ini, selain membagikan sembako, pemerintah meningkatkan produktivitas pertanian, memberikan subsidi uang muka, dan kredit perumahan.
Untuk pertanian, pemerintah akan menggelontorkan dana Rp 26,6 triliun untuk subsidi pupuk bagi 16,2 juta petani.
Adapun untuk cicilan perumahan bagi warga miskin, pemerintah akan memberi subsidi uang muka perumahan sebesar Rp 600 miliar bagi 150.000 keluarga dan subsidi bunga kredit cicilan perumahan sebesar Rp 3,9 triliun bagi 677.000 keluarga.
Ketiga, naiknya anggaran Dana Desa sebesar 5,2 persen menjadi sekitar Rp 856 triliun dibanding tahun 2019.
Anggaran baru Dana Desa akan diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur di bidang pendidikan, kesehatan, air minum, akses antarwilayah.
Baca juga: Di Tengah Protes RUU KPK, DPR Setujui Kenaikan Anggaran KPK 2020
Keempat, turunnya anggaran subsidi sebesar hampir 14 persen menjadi Rp 125 triliun pada 2020. Salah satu langkah pengurangan yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan subsidi listrik secara tepat sasaran kepada pelanggan rumah tangga daya 450 Volt Ampere (VA) dan 900 VA.
Kelima, anggaran di semua kementerian rata-rata meningkat, kecuali Kementerian Kesehatan yang turun Rp 400 miliar menjadi sekitar Rp 58 triliun.
Sementara itu, anggaran yang mengalami kenaikan paling menonjol ditemukan di Kementerian Pertahanan, naik hampir 20 persen menjadi Rp 131 triliun, disusul oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang naik 11 persen menjadi Rp 104 triliun.
Tahun 2020 dan 2021 merupakan tahun-tahun krusial bagi perkembangan ekonomi-politik negeri kita karena situasi ekonomi global sedang penuh dengan ketidakpastian akibat perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China yang berkepanjangan dan juga faktor geopolitik di Timur Tengah.
Sementara dari dalam negeri tanpa adanya antisipasi, maka stagnasi pertumbuhan ekonomi sepertinya menjadi kenyataan.
Lembaga keuangan internasional telah menurunkan target perkembangan ekonomi global menjadi hanya 3,2 persen untuk tahun 2019 dari prakiraan awal 3,3 persen.
Adapun tahun depan IMF hanya mematok proyeksi 3,5 persen pertumbuhan ekonomi global dari proyeksi awal 3,6 persen.
Baca juga: UU APBN Diketok, Ini Target Ekonomi dan Asumsi Makro 2020
Melemahnya ekonomi dunia akan berdampak secara langsung pada kondisi ekonomi dalam negeri. Terlebih anatomi pelemahan ekonomi global tahun depan terletak pada sisi penawaran yang cenderung akan lebih lama penyembuhannya dibanding krisis ekonomi tahun 2008.