PIKIRKAN bagaimana kita hidup di era sekarang.
Kita dibangunkan setiap pagi oleh gadget, dan memulai hari dengan gadget di tangan.
“Bangun tidur ku- terus mandi”, sudah enggak laku di era ini. Adanya, “bangun tidur, ku- terus cek email, liat YouTube, lihat Facebook atau nge- like Instagram” tergantung se- ‘gahol’ apa rutinitas Anda.
Dan dalam proses ini, kita terekspos dengan brand, merek, iklan, dan logo perusahaan, sampai hashtag kampanye promosi di segala tempat.
Para agensi digital marketing menyatakan bahwa setiap harinya, kita melihat ribuan merek, dari 4.000 hingga lebih dari 10.000 merek, dari logo di baju kita, sampai iklan di layar laptop.
Dunia sudah oversaturated dengan merek dan iklan, sampai kita semua sudah mengaktifkan ad- blocker otomatis dalam kepala kita.
Baca juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Digital RI Bikin Iri
Ibaratnya seperti mendengar bunyi sayup- sayup motor di jalanan di belakang rumah Anda. Dengar sekali, Anda akan ‘ngeh’. Dua tiga kali, Anda masih ‘ngeh’. Tapi saat suara itu terjadi non stop terus menerus, otak kita mem- filter bunyi itu, mengabaikannya dari perhatian, hingga hanya menjadi background noise.
Gampangnya? Anda enggak lagi peduli.
Inilah yang terjadi pada iklan para brand di era digital sekarang.
Berapa banyakpun iklan yang Anda pasang, dan berapa milyar- pun budget iklan Anda, konsumen atau target market Anda sudah enggak lagi perduli.
Iklan Anda, TIDAK LAGI BISA mengubah habit pelanggan untuk membeli produk Anda!
Inilah tantangan terbesar brand untuk era BROKEN.
Kalau Anda adalah pemilik, pengusaha, ataupun seseorang yang sedang membangun passion menjadi bisnis, dan ingin mengembangkan brand saat ini, Anda punya PR besar.
Di era revolusi konstan yang saya sebut ‘Broken’ ini, sebuah perubahan struktur kekuatan telah terjadi, dan akan terus menerus terjadi.
• Pencari kerja kini lebih ngotot, dan memegang keputusan daripada pemberi kerja.
• Kekuatan penggerak pasar lebih condong pada influencer daripada media massa.
• Distributive decision making mulai lebih digunakan, daripada top down.
• Cita- cita menjadi YouTuber terlihat lebih menggoda daripada menjadi dokter.
• Dan, customer kini lebih menentukan arah pasar daripada brand.
Kalau Anda sebagai brand, masih menganggap bahwa brand menentukan behaviour atau bahkan experience customer di pasar, bahkan pada era ini, maka Anda akan membakar hingga 60- 70 persen biaya marketing Anda dengan sia- sia.
Mendingan Anda buang budget Anda ke laut, karena hasilnya tidak akan berbeda jauh.
Dunia baru membutuhkan strategi yang baru. Tapi apa kunci strategi baru ini?
Baca juga: Tembus 40 Miliar Dollar AS, Ekonomi Digital RI Terbesar di ASEAN
Untuk menemukannya, Anda tinggal memperhatikan semua brand yang saat ini sedang meraja, yang menguasai pasar, dan tidak pernah lepas dari mulut Anda dan teman- teman Anda. Lalu tanyakan pada diri Anda, apa kesamaan mereka semua?
Saya yakin, Anda akan menemukan tiga kata kunci, yang merupakan esensi dari strategi brand untuk digital market.
Tiga kata kunci yang bukan hanya dicari konsumen, tetapi bahkan DITUNTUT konsumen.
Experience. Habit. Social life.
Inilah tiga kata kunci yang menentukan keberhasilan, atau kegagalan brand Anda, ataupun usaha berbasis passion Anda.
Dunia saat ini tidak lagi dikendalikan oleh brand.
Produk dan jasa, tidak lagi mengendalikan kebiasaan konsumen, tapi konsumenlah yang kini mengendalikan behaviour pasar, dan brand harus berani – dan bisa – mengubah dirinya untuk kebiasaan baru ini.
Brand harus memberikan experience, mendukung habit, memudahkan social life, barulah pasar akan menyambutnya dengan baik, menepuk bahunya, mengangguk bersamanya, dan mempercayai kata- katanya.
Enggak ada lagi yang percaya begitu saja sama iklan!
Dan kalau Anda mau meluangkan waktu untuk membaca surat cinta pasar untuk brand Anda, Anda akan bisa mendengarkan apa yang bisa merebut hati mereka.
1. Experience
Seberapa menyenangkan pengalaman yang mereka lalui bersama Anda? Brand di era Broken tidak boleh sekedar jualan produk atau jasa, tapi Anda harus menyediakan dan menjual pengalaman. Sensasi. Experience.
Pasar ingin sesuatu yang meresap ke dalam pori- pori mereka, dalam apapun bentuknya. Restoran tidak cukup cuma menyediakan makan. Harus ada atmosfir dan suasana. Minuman tidal lagi cukup hanya menjual rasa, harus ada komunitasnya.
Jasa tidak cukup hanya menjual fasilitas. Gimana pengalamannya? Mudahlah? Sulit? Ribet? One stop buying experience? Bahkan, apakah pengalamannya bersama Anda menyenangkan?
Pasar era ‘Broken’ mengharapkan adanya sensasi dan experience extra dari brand.
Dan ini, bisa mereka bagi dan ceritakan pada orang lain dengan bangga.
Baca juga: Era Digital, UKM Punya Toko Fisik Tidak Lagi Relevan?
2. Habit
Habit dan kebiasaan pasar tidak lagi sama dengan satu dekade lalu. Beli sayur tanpa bergerak, beli makan pakai poin, baca berita dari chat, bayar belanjaan memakai voucher.
Ada kebiasaan- kebiasaan baru, seperti meningkatnya ketertarikan untuk mengembangkan hobi. Meningkatnya jumlah komunitas minat, bertambahnya kebiasaan reuni sekolah, dan lain sebagainya.
Apakah brand Anda mendukung kebiasaan mereka ini? Apa Anda care dengan komunitas mereka? Apa produk dan jasa Anda menyediakan lahan untuk kebiasaan mereka?
Hanya setelah Anda memahami ini dan menyediakan sarana untuk habit merekalah, baru mereka akan mengikuti habit baru yang Anda sarankan oleh produk Anda!
Baca juga: Ingin Jadi Digital Marketing Sukses? Pastikan Punya Sifat ini
3. Social Life
Dengan semua serba terhubung, semua ingin dibagi dan ingin lebih terhubung lagi.
Dalam dunia network ini, di mana posisi brand Anda? Di luar? Atau bagian dari jaringan hubungan sosial ini? Apa Anda membantu konsumen Anda mengembangkan hubungan mereka dengan orang lain? Apa Anda memfasilitasi interaksi sosial?
Dan lebih menarik lagi, semudah apa produk atau jasa Anda bisa mereka bagi pada jaringan sosial mereka? Apa mereka bisa berkompetisi dengan temannya dalam program gamifikasi brand Anda?
Kalau Anda tidak perduli dengan social life mereka, kenapa mereka harus peduli pada brand Anda?
Baca juga: Gojek Dinobatkan Jadi Merek Digital Paling Bernilai di Indonesia
Dalam buku terbaru saya, “Broken – Something Cool Tentang Berubah”, saya membahas bagaimana semua interaksi antara brand dengan konsumen, sebagai salah satu pergantian yang paling DOMINAN sebagai efek revolusi teknologi digital!
Sajikan ketiga kunci ini dalam usaha marketing brand Anda, dan Andapun akan mengambil hati pasar Anda, dan membuka kampanye yang lebih ‘capcus’ untuk era digital ini!
Inilah surat cinta dari konsumen untuk brand.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.