Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rhenald Kasali
Guru Besar Manajemen

Akademisi dan praktisi bisnis yang juga guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sejumlah buku telah dituliskannya antara lain Sembilan Fenomena Bisnis (1997), Change! (2005), Recode Your Change DNA (2007), Disruptions, Tommorow Is Today, Self Disruption dan The Great Shifting. Atas buku-buku yang ditulisnya, Rhenald Kasali mendapat penghargaan Writer of The Year 2018 dari Ikapi

Ada Resesi, Disrupsi, dan Ada Porsi Kesalahan Sendiri

Kompas.com - 21/10/2019, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Resesi kembali menghantui pengusaha. Apalagi setelah UNTAD (Organ PBB yang mengurus pembangunan dan perdagangan dunia) mengumumkan ancaman resesi global 2020 yang mengancam negara-negara berkembang dan negara industri sekalipun.

Melemahnya pertumbuhan ekonomi global sepanjang tahun 2019 adalah sinyal penting untuk memasuki tahun 2020. Tanda-tandanya memang semakin jelas. Selain antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, kini perang tarif diberlakukan Presiden Donald Trump kepada India, Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa.

Tiongkok tengah dipaksa menghadapi dilema baru. Pertumbuhan sektor industrinya melemah, terendah sejak 30 tahun belakangan ini menjadi 4,8 persen (2018) dan Q2 2019 lebih buruk lagi, tinggal sekitar 2 persen.

Sanksi yang diterapkan Amerika Serikat terhadap Tiongkok itu segera mengganggu sejumlah negara yang menghasilkan produk dan permesinan untuk menembus pasar Tiongkok.

Jerman misalnya, memasuki ancaman resesi setelah Q2 kemarin ekonominya mengalami kemunduran yang hebat (minus 0,1 persen) karena mesin-mesin buatannya tidak dibeli Tiongkok. Demikian pula investor-investor mulai menarik diri dari Inggris, karena ketidakpastian Brexit.

Baca juga : Rhenald Kasali: CEO Harus Bisa Bedakan Resesi dan Disrupsi

Di Asia, selain Tiongkok, dan India, negara-negara yang mengandalkan perekonomiannya dari sektor ekspor mulai terganggu. Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Jepang mulai terancam resesi.

Tetapi benarkah ancaman resesi menjadi satu-satunya hal yang harus dikhawatirkan pengusaha?

Nanti dulu. Selain ancaman resesi masih ada persoalan disrupsi dan leadership.

Disrupsi Mengubah Peta Pasar dan Industri

Beberapa hari lalu saya sudah mengingatkan para CEO bahwa kita semua perlu benar-benar pandai membedakan mana kemunduran akibat resesi dan mana yang diakibatkan disrupsi.

Menimpakan kemunduran pendapatan dan keuntungan perusahaan pada resesi bukanlah solusi yang baik bagi CEO. Seakan-akan CEO hanya menggantungkan nasibnya pada keadaan ekonomi atau kepemimpinan orang lain.

Studi-studi di berbagai penjuru dunia telah menunjukkan, bahkan pada masa resesi pun, faktor leadership menjadi penentu yang besar.

Masalahnya, berita-berita tentang resesi bukan hanya mengganggu ekonomi, tetapi juga melunturkan semangat juang CEO dan jajaran manajemennya.

Sekitar 90 persen CEO terbukti mendapatkan pembenaran atas memburuknya kinerja mereka dari berita buruk tentang perekonomian. Hanya sekitar sepuluh persen lainnya yang memilih keluar dari paradigma itu dan mengambil cara yang berbeda sehingga 70 persen di antaranya berhasil.

Itulah yang disebut sebagai confirmation trap. Kita masuk ke dalam perangkap pembenaran, yaitu adanya informasi-informasi yang bisa membenarkan kesalahan sendiri. Sebab semua orang letih mempertahankan stamina untuk terus tumbuh. Maka ibarat akhir pekan, semua sepakat perlu hari leyeh-leyeh sejenak.

Baca juga : Rhenald Kasali: Disrupsi Teknologi Itu Pasti

Faktanya, di tengah-tengah resesi, sedang berlangsung sebuah proses perubahan besar yang meluluhlantakkan puluhan ribu jenis usaha yang tidak efisien.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com