Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Ekspor Meningkat, Produsen Modul Surya Genjot Produksi

Kompas.com - 21/10/2019, 19:45 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Permintaan ekspor modul atau panel surya meningkat. Salah satu produsen modul surya PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) pun meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan dari pasar luar negeri.

Carolus Boromeus, Head of International Sales Department JSKY menyatakan, saat ini perseroan telah mengantongi permintaan ekspor untuk proyek penyediaan modul surya, dengan total kapasitas produksi mencapai 130 megawatt.

Permintaan ekspor ini, menurut dia, berasal dari pelanggan lama JSKY dan beberapa permintaan baru yang diperoleh JSKY dalam ajang Solar Power International Exhibition 2019 di Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

“Permintaan 130 megawatt akan kami produksi secara bertahap, tahun ini JSKY produksi 30 megawatt dulu. Sisa 100 megawatt akan diproduksi di tahun 2020, sebagian besar untuk diekspor ke beberapa perusahaan di Amerika,” ungkap Carolus dalam pernyataannya, Senin (21/10/2019).

Baca juga: Aplikasi Ini Mudahkan Investasi Panel Surya

Dia memaparkan, dari total permintaan sebesar 130 megawatt, 50 persen permintaan untuk produk J-Leaf dan J-Feather, 30 persen untuk modul surya kecil berkapasitas di bawah 200 watt, serta 20 persen untuk modul surya fleksibel.

Sebagai informasi, kapasitas produksi JSKY untuk pasar ekspor hingga akhir tahun 2019, diperkirakan mencapai 48 megawatt, meningkat hampir dua kali, dari tahun 2018 dengan kapasitas produksi sebesar 25 megawatt.

Jika terealisasi maka pendapatan ekspor JSKY di tahun 2019 pun diproyeksikan akan mencapai Rp 260 miliar, meningkat dua kali lipat dari tahun 2018 dengan pendapatan ekspor sebesar Rp 130 miliar.

Direktur Utama JSKY Jackson Tandiono menyebut pihaknya tetap berkomitmen untuk menyediakan kebutuhan modul surya bagi pasar domestik, meski permintaan pasar ekspor tinggi.

"Untuk tahun 2020, total target pendapatan JSKY dari pasar ekspor dan domestik diproyeksikan mencapai sekitar Rp 1 triliun," jelas Jackson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com