Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerima Nobel Ekonomi: Pajaki Orang Kaya, Berikan Uangnya ke Orang Miskin

Kompas.com - 22/10/2019, 12:04 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

NEW YORK, KOMPAS.com - Penerima penghargaan nobel ekonomi tahujn ini, Abhijit Banarjee menilai, menaikkan besaran pajak dan mendistribusikan uang kepada rakyat miskin merupakan cara ampuh untuk meningkatkan permintaan atau konsumsi dalam perekonomian sebuah negara.

Selama ini, cara-cara yang umum dilakukan sebuah negara untuk mendorong perekonomian mereka adalah dengan melakukan pemangkasan di beberapa sektor perpajakan untuk meningkatkan investasi.

Banerjee menilai, langkah tersebut adalah mitos yang dikembangkan oleh kalangan bisnis.

Hal tersebut dia ungkapkan ketika memromosikan bukunya yag berjudul 'Good Economics for Hard Times'.

Baca juga: Meneliti SD Inpres di Era Soeharto, Ekonom AS Ini Raih Nobel Ekonomi

Sebagai informasi, Banerjee mendapatkan Nobel Ekonomi atas pendekatannya untuk mengurangi tingkat kemiskinan global. Banerjee mendapatkan penghargaan tersebut bersama dengan Esther Duflo dari Massachusetts Institute of Technology dan Michael Kremer dari Harvard University.

"Anda memberi insentif kepada orang kaya yang sudah menduduki uang berton-ton," ujar Banerjee seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (22/10/2019).

Saat ini, berbagai negara seperti China dan India, termasuk Indonesia tengah melakukan pemangkasan perpajakan untuk menarik investasi para pelaku bisnis.

Baca juga: Beri Solusi soal Kemiskinan, 3 Orang Ini Raih Nobel Ekonomi

Hal tersebut sebagai upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan di tengah outlook perekonomian global yang sedang redup. Pasalnya, Dana Moneter Internasional (IMF) bulan ini kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 untuk kelima kalinya menjadi hanya 3 persen.

"Anda tidak mendorong pertumbuhan dengan pemangkasan pajak, Anda melakukan itu dengan memberi uang kepada orang-orang," ujar Banerjee.

Menurut dia, memberikan uang tunai dari hasil perpajakan kepada orang-orang golongan miskin akan mendorong konsumsi.

"Dengan demikian, investasi akan merespons atas permintaan yang terjadi," ujar dia.

Baca juga: Jokowi Targetkan Kemiskinan Turun Sampai 8,5 Persen di 2020

Di awal tahun ini, China telah memangkas pajak dengan nilai hingga 280 miliar dollar AS, baik pajak pribadi maupun pajak badan usaha. Sementara India memberi stimulus perpajakan senilai 20 miliar dollar AS, membuat pajak badan usaha mereka menjadi yang terendah di Asia.

Adapun Indonesia juga berencana menurunkan pajak badan usaha menjadi 20 persen dari yang sebelumnya 25 persen.

Tahun lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump meluncurkan paket kebijakan perpajakan senilai 1,5 triliun dollar AS. Dia pun menjanjikan pemotongan pajak yang sangat substansial pada 2020 untuk penduduk berpendapatan menengah di AS.

Banerjee menilai, terjadi peningkatan kesenjangan di negara maju seperti Amerika Serikat yang mendorong kemarahan masyarakat dan menjadi salah satu penyebab terjadinya perang dagang.

"Sulit untuk percaya bahwa atas nama pertumbuhan Anda mengizinkan ketidaksetaraan meledak hingga di titik ini," ujar dia.

Baca juga: IMF Kembali Revisi Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Jadi Hanya 3 Persen Tahun Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com