Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Hong Kong Masuk Jurang Resesi

Kompas.com - 28/10/2019, 14:26 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber Reuters

HONG KONG, KOMPAS.com - Ekonomi Hong Kong dipastikan masuk ke dalam jurang resesi. Ini akibat aksi protes anti pemerintah yang telah terjadi selama lebih dari lima bulan dan tak kunjung usai.

Dilansir dari Reuters, Senin (28/10/2019), Menteri Keuangan Hong Kong menyatakan, besar kemungkinan Hong Kong tidak akan mencatat pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.

"Dampaknya ke ekonomi kami sangat komprehensif," ujar Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan dalam unggahan pada blog-nya.

Chan menuturkan, estimasi awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 kemungkinan bakal menunjukkan kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Ini adalah definisi teknikal resesi.

Adapun laporan pertumbuhan ekonomi Hong Kong periode kuartal III 2019 akan diumumkan pada Kamis (31/10/2019) mendatang.

Baca juga: Google Hapus Game Berbau Demonstran Hong Kong

Menurut Chan, Hong Kong akan sangat sulit mencapai target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebelum aksi protes meletus, yakni 0 hingga 1 persen pada tahun ini.

Aksi protes di Hong Kong telah memasuki pekan ke-21. Pada Minggu (27/10/2019) lalu, para pendemo yang mengenakan masker dan pakaian hitam membakar toko-toko dan melemparkan bom bensin ke polisi.

Aparat membalas dengan melemparkan gas air mata, water cannon, dan peluru karet.

Para pengunjuk rasa secara rutin menyulut api di depan toko, termasuk bank, terutama yang dimiliki oleh perusahaan China.

Pendemo juga merusak sistem kereta bawah tanah MTR. Adapun MTR telah menutup layanan lebih awal selama beberapa minggu terakhir.

MTR mengatakan bakal menutup operasional sekitar dua jam lebih awal dari biasanya pada hari Senin pukul 23.00. untuk memperbaiki fasilitas yang rusak.

Baca juga: Dampak Demonstrasi, Perekonomian Hong Kong Menderita

Jumlah wisatawan yang melancong ke Hong Kong pun anjlok. Chan mengungkapkan, pada Oktober 2019, jumlah kunjungan turis merosot 50 persen.

Operator ritel, termasuk pusat perbelanjaan hingga toko-toko kelontong, terpaksa harus tutup selama berhari-hari dalam beberapa bulan terakhir.

Meskipun otoritas Hong Kong telah mengumumkan upaya-upaya untuk mendukung UKM setempat, namun Chan menyebut upaya itu hanya bisa menurunkan tekanan terhadap perekonomian.

"Biarkan warga kembali ke kehidupan normal, biarkan industri dan perdagangan beroperasi normal, dan ciptakan ruang lebih luas untuk dialog yang lebih rasional," tulis Chan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com