Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkrut, Forever 21 akan Tutup 200 Toko dan Tinggalkan Asia

Kompas.com - 30/10/2019, 11:51 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW YORK, KOMPAS.com - Sebagai bagian dari restrukturisasi dan kebangkrutannya, peritel fashion Forever 21 bakal menutup 200 tokonya.

Dikutip CNN, Rabu (30/10/2019), kebangkrutan Forever 21 karena terbebani biaya sewa toko yang mahal, pasar yang tidak menguntungkan, dan tergerus oleh peritel online sehingga masyarakat lebih memilih belanja online.

Toko ritel pakaian remaja ini akhirnya menjadi korban terbaru dalam industri ritel yang terhuyung-huyung karena penutupan toko dan kebangkrutan.

Bahkan rencananya, Forever 21 bakal keluar dari sebagian besar pasar internasional, termasuk Kanada, Eropa, dan Asia. Kabarnya, perusahaan akan berfokus pada basis toko yang lebih kecil di AS, Meksiko, dan Amerika latin usai restrukturisasi.

Baca juga : Forever 21 Umumkan Bangkrut dan Bakal Tutup 178 Cabang di AS

Adapun saat ini, kemampuan perusahaan untuk terus melanjutkan dan mempertahankan usahanya sebagian besar bergantung pada pemilik dan vendornya.

Namun keuntungan utama bagi para pengecer justru terletak pada menutup toko dengan biaya lebih rendah dan keluar dan penyewaan.

Seperti diketahui, Forever 21 hampir menyewakan semua toko ritelnya, antara lain 549 toko di AS dan 251 toko di negara lain. Biaya penyewaan tahunannya sendiri adalah 450 juta dollar AS.

Penasihat hukum yang menangani Forever 21dari Barnes & Thornburg LLP, Jim Van Horn mengatakan, Perusahaan tersebut mendapat dukungan signifikan dari pemiliknya sehubungan dengan struktur sewa, baik yang akan dinegosiasikan ulang untuk tetap tinggal maupun yang berhenti.

"Karena mendapat dukungan terkait struktur sewa, saya percaya bahwa ada peluang yang sangat bagus Forever 21 akan muncul kembali dari kebangkrutan," kata Jim Van Horn dikutip CNN, Rabu (30/10/2019).

Sementara menurut Coresight Research, banyak toko ritel yang tutup pada paruh pertama tahun 2019. Penutupan toko ritel pada paruh pertama bahkan lebih banyak ketimbang tahun 2018.

Forever 21 merupakan bagian dari toko yang tutup tersebut. Penutupan toko Forever 21 membuatnya jadi bagian dari tren industri yang dihadapi banyak pengecer.

Apalagi, kebanyakan toko Forever 21 di seluruh dunia berada di pusat perbelanjaan alias mal. Keberadaan toko di pusat mal tentu bergantung pada jumlah pengunjung. Ketika lalu lintas mal sepi, maka penurunan penjualan akan terjadi.

Sebetulnya untuk meminimalisir hal itu, Forever 21 telah menyesuaikan strategi perusahaan dengan menjual secara online. Tapi yang menjadi penyebab kebangkrutannya adalah nilai sewa yang masuk satu dekade terakhir terlalu tinggi disamping minimnya penjualan.

Kendati mengalami restrukturisasi dan menutup 200 tokonya, banyak vendor yang masih mendukung peritel. Perusahaan pun telah menandatangani kontrak dengan lebih dari 130 perjanjian untuk mendukung vendor.

Menurut Horn, hal tersebut sangat membantu perusahaan. Forever 21 juga dapat menolak kontrak atau sewa jika penawaran di bawah nilai pasar. Pemilik tanah dapat senang hati mengakhiri untuk mendapatkan lebih banyak sewa dari perusahaan yang lebih sehat secara finansial.

"Di saat yang sama, Forever 21 bisa keluar dari jutaan toko ritel yang akan memberi tekanan pada pemilik tanah, yang harus menyewa secepat mungkin," ucap Horn.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com