Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Melambat, Bank Sentral AS Pangkas Bunga Untuk Ketiga Kalinya Tahun Ini

Kompas.com - 31/10/2019, 06:32 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNN

WASHINGTON, KOMPAS.com - Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini.

Hal tersebut dilakukan untuk merespon kian melambatnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam karena perang dagang dan perlambatan ekonomi global.

Seperti dikutip dari CNN, Federal Fund Rate (FFR) dipangkas 25 bps menjadi di kisaran 1,5 persen hingga 1,75 persen. Pemangkasan suku bunga acuan ini bakal memengaruhi tingkat bunga dari kredit rumah, kartu kredit dan produk pinjaman lainnya.

Gubernur The Fed Jerome Powell menekankan The Fed bakal menahan suku bunga di kisaran tersebut dalam beberapa waktu ke depan.

Baca juga : Untuk Keempat Kalinya, BI Kembali Turunkan Suku Bunga Acuan

 

Dia mengatakan, level suku bunga saat ini adalah level yang paling pas melihat outlook perekonomian AS yang bakal tumbuh moderat, diiringi dengan pasar tenaga kerja yang masih kuat serta inflasi di kisaran 2 persen.

"Jika itu berubah, The Fed akan menyesuaikan," ujar dia.

Di AS, pemangkasan suku bunga di masa ekspansi ekonomi sebenarya hal yang tak wajar, namun pernah terjadi sebelumnya.

Di era Gubernur Alan Greenspan kala itu disebut dengan insurance cut di tahun 1995 hingga 1998. The Fed kemudian kembali ke masa suku bunga tinggi kala itu.

Namun demikian, terlepas dari semakin sedikitnya ruang gerak yang tersisa untuk memangkas suku bunga, Powell mengatakan dia tak yakin The Fed akan mulai menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

"Kita perlu melihat kenaikan yang sangat signifikan dalam inflasi ... sebelum kita mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga untuk mengatasi masalah inflasi," katanya.

Dua anggota voting komite penetapan kebijakan - Presiden Fed Kansas City Esther George dan Presiden Fed Boston Eric Rosengren - berbeda pendapat dengan keputusan untuk menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen tersebut.

Dalam pernyatannya, pembuat kebijakan menuliskan bahwa masa depan ekonomi AS masih akan cerah, didukung solidnya peningkatan pekerjaan juga konsumsi rumah tangga. Meski di sisi lain mereka juga mencatat bahwa investasi bisnis dan ekspor terus melemah.

Powell mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan fase satu yang memberi optimisme antara Amerika Serikat dan Cina serta tanda-tanda bahwa Inggris mungkin dapat mengatur jalan keluar yang lancar dari UE dapat berarti risiko perlambatan ekonomi kian berkurang.

"Ada banyak risiko yang tersisa, tetapi saya harus mengatakan risiko tampaknya telah surut," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com