Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gojek Disebut Siap-siap IPO, Kapan?

Kompas.com - 02/11/2019, 20:41 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berembus kabar PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau dikenal Gojek akan melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Namun, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo, masih enggan membeberkan waktu pelaksanaan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO).

Bahkan, Gojek sendiri berencana ingin melakukan IPO di bursa asing. Namun, dia memastikan, IPO di Indonesia paling utama sekaligus menampik bahwa Gojek merupakan milik investor asing.

"Soal dual listing IPO, didoakan saja kalau memang bisa jadi IPO. Kami memang sedang mempersiapkan ke arah sana. Tapi, waktunya kapan itu belum kita tentukan. Memang aspirasi saya dan Kevin itu yang pasti satu listing harus di sini. Karena Gojek itu milik Indonesia dan harus berkontribusi di Indonesia," katanya dalam konfrensi pers perayaan HUT ke-9 Gojek, di Jakarta, Sabtu (2/11/2019).

Baca juga: Menyandang Gelar Decacorn, Ini Tanggapan Gojek

Baginya, IPO di Indonesia membuka kesempatan besar bagi Gojek yang bergerak di sektor teknologi digital untuk mengembangkan usaha mereka yang kini berstatus decacorn, setara dengan kompetitornya.

"Dan menurut kami juga, peluang sebagai perusahaan teknologi untuk listing di Indonesia juga sangat menarik dan belum ada kan," ucapnya.

Berbicara soal dual listing, dirinya juga belum memastikan bursa efek asing yang akan dipilih. Sebab, harus mengamati pergerakan pasar saham luar negeri.

"Kalau dual listingnya sedang dipertimbangkan, tapi di mananya masih belum tahu. Karena harus melihat kondisi pasar di luar," ujarnya.

Sementara itu, mengenai rencana ekspansi ke kancah global, Gojek telah menyiapkan dana investasinya sebesar 500 juta dolar AS.

 

Baca juga: Target 5 Tahun, Mimpi Gojek Jadi Pemain di Kancah Global

Namun, target negara yang ingin dikembangkan masih terhalang negosiasi dengan pemerintahannya. Sebut saja Malaysia, yang ditolak oleh politisi dan pendiri taksi Big Blue.

"Belum tahu, dan masih mengobrol di pemerintah sana. Tapi, untuk investasinya berapa kita belum tahu. Tapi, dari mananya kita sudah mencadangkan 500 juta dollar AS untuk ekspansi ke negara-negara internasional. Dan masih sangat memadai untuk ekspansi ke negara baru. Tapi, berapanya kita belum tahu, masih diobrolkan (dengan pemerintah luar negeri)," katanya.

Selain itu, perkembangan kinerja keuangan Gojek hingga kuartal III 2019, pihaknya tidak menyebut angka secara pasti. Yang jelas, pertumbuhan laba mereka secara year to date (ytd) atau sejak awal tahun mencapai dua kali lipat.

"Kalau secara angka mungkin kami tidak bisa menyebut, tapi secara growth year to date, kami telah mencapai lebih dari dua kali dari tahun lalu. Dari user dan driver pun mirip-miriplah secara growth," ucapnya.

Sedangkan, laba dari ekspansi mereka ke Asia Tenggara cukup besar mencapai 1,5 miliar dollar AS.

"Kalau dari kontribusi internasional, saat ini kita sudah bisa memproses transaksi sebesar 1,5 miliar dolar AS kalau dikali 12, bulan-bulannya itu dikalikan 12. Tahun lalu kan nol, sekarang sudah transaksi barunya GDP (Produk Domestik Bruto) sudah 1,5 miliar dollar AS itu di luar," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com