Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK Akan Paksa Perbankan Nasional Berkonsolidasi

Kompas.com - 03/11/2019, 09:56 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

SEMARANG, KOMPAS.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyiapkan dua cara untuk mempercepat konsolidasi perbankan nasonal.

Hingga saat ini masih ada 112 bank yang ada di Indonesia. Dari jumlah itu, terbesar adalah bank yang masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 1 dan 2 dengan total sebanyak 80 perusahaan.

Bank yang masuk kategori BUKU 1 dan 2 adalah bank yang memiliki modal tipis dan pangsa pasar yang kecil.

Sementara itu bank yang masuk BUKU 3 sebanyak 26 bank dan di BUKU IV yakni 6 bank.

Bagi OJK, jumlah bank sebanyak itu tidak ideal. Bagi bank, semakin ketatnya persaingan di industri ini, akan sangat suli bagi bank-bank kecil untuk naik kelas. Nasabah akan lebih banyak memilih menaruh dananya di bank-bank kecil.

Baca juga : Persaingan Semakin Ketat, OJK Minta Bank Kecil Konsolidasi dengan Bank Besar

Sementara bagi OJK, untuk mengawasi bank sebanyak itu membutuhkan resources yang tidak sedikit. Apalagi untuk mengawasi bank-bank kecil, resources yang dibutuhkan tidak sebanding dengan ukuran bank yang diawasi.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan yang juga Anggota Komisioner OJK Heru Kristiyana mengungkapkan pihaknya belum puas dengan jumlah bank yang ada saat ini. Apalagi untuk bank-bank kecil, posisi mereka semakin sulit karena perlahan-lahan ditinggal nasabah.

“Untuk itu, kami siapkan dua skema yang bisa dijalankan agar konsolidasi perbankan bisa cepat,” kata Heru dalam FGD bersama media, Jumat (1/11/2019).

Dua cara yang dimaksud adalah dengan skema heavy handed atau dipaksa serta dengan mekanisme pasar.

Skema heavy handed dirasa perlu lantaran konsolidasi perbankan secara alami yakni menggunakan mekanisme pasar, prosesnya berjalan lama.

“Ini memang perlu agak dipaksa agar bank-bank yang ada, mau berkonsolidasi. Nanti akan ada aturannya untuk memaksa agar bank-bank ini mau berkonsolidasi," imbuhnya.

Isu konsolidasi di industri perbankan sebenarnya sudah bergaung sejak sekitar satu dekade lalu. Namun demikian, proses konsolidasi berjalan lambat. Sehingga jumlah bank yang ada di Indonesia masih banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com