Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlambatan Ekonomi Dunia Berimbas ke Pertumbuhan Ekonomi RI

Kompas.com - 07/11/2019, 07:23 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

SURABAYA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III 2019.

Angka ini berbeda tipis dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019 yang mencapai 5,05 persen (yoy).

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terdampak perlambatan ekonomi dunia. Ia mengatakan, perlambatan ekonomi terjadi hampir di seluruh negara.

"Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura jauh lebih dalam (perlambatan ekonomi)," kata Dody di sela-sela pembukaan Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/11/2019) malam.

Dody menyebut, perlambatan ekonomi ini tidak bisa dihindari. Dia mengatakan, permasalahan ekonomi global menjadi penyebab melemahnya perekonomian dunia.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 5,02 Persen di Kuartal III-2019, Ini Penyebabnya

Menurut dia, dunia memang dalam kondisi yang tidak sedang baik-baik saja. Dalam beberapa kondisi, kembali memunculkan risiko yang berdampak negatif pada perkembangan perekonomian domestik.

Indonesia dan negara lainnya di kawasan, tidak terkecuali ikut terpapar kondisi yang kurang menguntungkan bagi kinerja sektor ekstenal di dalam negeri.

Keadaan ini kemudian diperparah dengan proyeksi pada pertumbuhan ekonomi dunia yang belum menunjukkan pemulihan yang berarti, disertai berlanjutnya risiko ketidakpastian hubungan dagang antar negara utama di dunia serta isu geopolitik lainnya yang masih membayangi.

Namun demikian, imbuh Dody, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2019 tersebut patut diacungi jempol.

Yang terpenting, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen tersebut dapat tetap mendukung berjalannya ekonomi dan pertumbuhan permintaan dalam negeri.

"Perlu dijaga confidence kita bahwa ekonomi kita tidak melemah tajam," ungkap Dody.

Baca juga: Lembaga Riset AS Ragukan Data Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini Jawaban BPS

"Kami berpesan, bahwa dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian seperti sekarang ini, paparan angka ataupun indikator makroekonomi lainnya tentu tidak akan cukup untuk bisa memberi keyakinan dan gambaran optimisme yang utuh bagi pelaku usaha dalam menghadapi situasi perlambatan yang sudah semakin nyata," sebut dia.

Dody menyatakan, perlu dilakukan pendekatan yang lebih aktif dan persuasif kepada pelaku usaha, serta stimulus usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga ketahanan serta level keyakinan bagi pelaku usaha.

"Khususnya kalangan industri di pulau Jawa agar mampu memenuhi performa yang diharapkan," terangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com