JAKARTA. KOMPAS.com – Saat Saudi Aramco bersiap untuk meluncurkan Penawaran Umum Perdana (IPO) yang telah lama ditunggu-tunggu tahun ini.
Aramco dimiliki dan dioperasikan oleh kerajaan Arab Saudi dan diproyeksikan akan menjadi perusahaan paling menguntungkan di dunia. Meski demikian perusahaan minyak terbesar dunia ini tidak lepas dari berbagai risiko yang akan dihadapi setelah IPO.
“Risiko-risiko berikut ini, yang diidentifikasi sebagai material, tidak harus mencakup semua risiko yang memengaruhi perusahaan atau terkait dengan investasi dalam Saham,” kata seorang analis risiko Aramco, seperti dikutip dari CNBC, Senin (11/11/2019).
Menurut dia, BUMN minyak Arab Saudi ini bisa menghadapi risiko terkait masalah pasokan, permintaan, harga minyak mentah atau berapa banyak minyak yang diputuskan pemerintah Saudi untuk diproduksi.
Baca juga: Ekonom : Kilang Aramco Diserang, Pemerintah Perlu Percepat B20 dan B30
Risiko itu muncul karena Saudi Aramco merupakan anggota kartel minyak OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak).
Belum lagi beberapa waktu lalu fasilitas minyak Saudi Aramco sempat diserang oleh pesawat tak berawak, yang memaksa Riyadh memotong produksinya sebesar 50 persen.
Insiden tersebut membutuhkan waktu berminggu-minggu bagi pemerintah Saudi untuk memulihkan kapasitas kilang minyak mereka.
Aramco juga melihat banyak risiko lain, mulai dari perubahan iklim hingga ketergantungan perusahaan pada permintaan dari Asia.
Berikut beberapa risiko yang mungkin akan dihadapi Saudi Aramco setelah IPO :
1. Dampak perubahan iklim terhadap pasar minyak
Dampak perubahan iklim terhadap permintaan, dan harga, hidrokarbon merupakan hal yang dikhawatirkan terjadi usai peluncuran IPO.
Hal tersebut dapat mengurangi permintaan global untuk hidrokarbon dan produk berbasis hidrokarbon dan dapat menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya atau menginvestasikan tambahan modal.
“Ada dan kekhawatiran dan dampak perubahan iklim di masa depan, termasuk dampak fisik terhadap infrastruktur, dan hukum, peraturan, perjanjian, protokol, kebijakan, dan tindakan lain yang terkait dapat mengubah permintaan," ungkap analis risiko Aramco.
2. Terorisme dan serangan terhadap fasilitas minyak
Sebagian besar aset Saudi Aramco terletak di kerajaan dan sangat bergantung pada sistem pipa lintas negara dan fasilitas terminal untuk mengangkut minyak mentah dan produk melalui Arab Saudi.