Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segera IPO, Ini 6 Risiko yang Bakal Dihadapi Saudi Aramco

Kompas.com - 11/11/2019, 08:01 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

JAKARTA. KOMPAS.com – Saat Saudi Aramco bersiap untuk meluncurkan Penawaran Umum Perdana (IPO) yang telah lama ditunggu-tunggu tahun ini.

Aramco dimiliki dan dioperasikan oleh kerajaan Arab Saudi dan diproyeksikan akan menjadi perusahaan paling menguntungkan di dunia. Meski demikian perusahaan minyak terbesar dunia ini tidak lepas dari berbagai risiko yang akan dihadapi setelah IPO.

“Risiko-risiko berikut ini, yang diidentifikasi sebagai material, tidak harus mencakup semua risiko yang memengaruhi perusahaan atau terkait dengan investasi dalam Saham,” kata seorang analis risiko Aramco, seperti dikutip dari CNBC, Senin (11/11/2019).

Menurut dia, BUMN minyak Arab Saudi ini bisa menghadapi risiko terkait masalah pasokan, permintaan, harga minyak mentah atau berapa banyak minyak yang diputuskan pemerintah Saudi untuk diproduksi.

Baca juga: Ekonom : Kilang Aramco Diserang, Pemerintah Perlu Percepat B20 dan B30

Risiko itu muncul karena Saudi Aramco merupakan anggota kartel minyak OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak).

Belum lagi beberapa waktu lalu fasilitas minyak Saudi Aramco sempat diserang oleh pesawat tak berawak, yang memaksa Riyadh memotong produksinya sebesar 50 persen.

Insiden tersebut membutuhkan waktu berminggu-minggu bagi pemerintah Saudi untuk memulihkan kapasitas kilang minyak mereka.

Aramco juga melihat banyak risiko lain, mulai dari perubahan iklim hingga ketergantungan perusahaan pada permintaan dari Asia.

Berikut beberapa risiko yang mungkin akan dihadapi Saudi Aramco setelah IPO :

1. Dampak perubahan iklim terhadap pasar minyak

Dampak perubahan iklim terhadap permintaan, dan harga, hidrokarbon merupakan hal yang dikhawatirkan terjadi usai peluncuran IPO.

Hal tersebut dapat mengurangi permintaan global untuk hidrokarbon dan produk berbasis hidrokarbon dan dapat menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya atau menginvestasikan tambahan modal.

“Ada dan kekhawatiran dan dampak perubahan iklim di masa depan, termasuk dampak fisik terhadap infrastruktur, dan hukum, peraturan, perjanjian, protokol, kebijakan, dan tindakan lain yang terkait dapat mengubah permintaan," ungkap analis risiko Aramco.

2. Terorisme dan serangan terhadap fasilitas minyak

Sebagian besar aset Saudi Aramco terletak di kerajaan dan sangat bergantung pada sistem pipa lintas negara dan fasilitas terminal untuk mengangkut minyak mentah dan produk melalui Arab Saudi.

Aramco juga bergantung pada aset penting untuk memproses minyak mentahnya, seperti fasilitas Abqaiq, yang merupakan fasilitas pemrosesan minyak terbesar perusahaan dan memproses sekitar 50 perseb dari produksi minyak mentah Perusahaan.

“Pipa Timur-Barat, fasilitas Shaybah NGL, fasilitas Abqaiq, dan fasilitas pemrosesan Khura baru-baru ini menjadi target sasaran serangan teroris,” sebut dia.

Baca juga: Kilang Aramco Diserang Drone, Harga Minyak Bisa Tembus 100 Dollar AS?

3. Permintaan signifikan dari Asia

Risiko terkait dengan perkembangan ekonomi dan politik di Asia termasuk kilang terafiliasi dimana perusahaan yang berlokasi di Asia, masing-masing membeli 69 persen sampai 71 persen dari ekspor minyak mentah Saudi Aramco. Selebihnya 49 persen sampai 51 persen total produksi minyak mentah Saudi Aramco.

4. Risiko operasional, seperti kebakaran atau ledakan

Perusahaan tunduk pada risiko operasional yang umum di industri minyak dan gas, termasuk tumpahan minyak atau gas mentah, kebocoran dan pecahnya pipa, kebocoran tangki penyimpanan, dan kecelakaan yang melibatkan ledakan.

Selain itu, Aramco juga mengantisipasi kebakaran, ledakan, kegagalan daya, kegagalan mekanis, gangguan transportasi, musim hujan tropis, badai, banjir dan bencana alam lainnya termasuk pelepasan zat atau gas beracun.

Baca juga: Laba Anjlok, Saudi Aramco Masih Perusahaan Paling Menguntungkan di Dunia

5. Ketergantungan ekonomi Arab Saudi pada minyak

Pendapatan keuangan kerajaan sangat terhubung dengan industri hidrokarbon. Industri hidrokarbon merupakan penyumbang tunggal terbesar bagi ekonomi Kerajaan. Sektor minyak menyumbang 43 persen sampai 44 persen dari PDB riil Kerajaan.

6. Pengalaman Aramco terbatas dalam mengelola perusahaan publik

Aramco memiliki pengalaman yang minim dalam mengelola perusahaan public. Tim manajemen perusahaan memiliki pengalaman yang terbatas dalam berinteraksi dengan investor dan mematuhi hukum, peraturan, dan kewajiban lain yang semakin kompleks terkait dengan perusahaan publik.

Baca juga: Saudi Aramco Bakal Melantai di Bursa Saham di Desember 2019

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com