Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meraup Rupiah dari Jualan Barang Bekas secara Online

Kompas.com - 18/11/2019, 12:41 WIB
Yoga Sukmana

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Punya barang bekas yang bernilai, jangan langsung dicampakkan ke gudang atau malah menjadi penghuni tempat sampah. Anda tentu bisa memanfaatkan barang tersebut untuk menambah pundi-pundi. Artinya, bisa menjual barang tersebut ke orang lain.

Caranya? Tidak perlu lagi membuat garage sale atau penjualan di garasi rumah seperti yang kerap dilakukan oleh warga Amerika, tapi cukup lewat online saja. Kebetulan saat ini sudah ada beberapa marketplace yang khusus menjajakan barang bekas, salah satunya adalah Belanjabekas.com yang sudah meluncur sejak 2017.

Chanif Al Fath, Chief Technology Officer Belanjabekas.com, menuturkan, hingga September lalu tercatat ada sekitar 700 unique user mengunjungi situs Belanjabekas.com setiap harinya.

Baca juga: Tertarik Kembangkan Usaha? Intip Syarat dan Bunga Kredit yang Diberikan Astra Ventura

Meski mengusung tema marketplace barang bekas, barang yang terpajang bukan hanya barang bekas yang sudah lama, tapi sekitar 70 persen barang yang ditawarkan adalah barang bekas pakai dan sisa produk baru.

"Pengguna bisa tawarkan barang, daripada menumpuk di gudang. Memang target awal adalah memfasilitasi barang bekas," jelas Chanif kepada Kontan.

Adapun mayoritas barang yang dipajang di situs tersebut adalah barang elektronik yang menduduki posisi pertama. Yang kedua adalah produk fesyen.

Kalau Anda perhatikan, fitur dan layanan yang ada di Belanjabekas.com relatif sama dengan marketplace lainnya. Namun, yang membuat beda adalah adanya fitur negosiasi dan lelang.

Fitur negosiasi ini adalah pengguna atau calon pembeli bisa mengajukan nominal harga yang dinegosiasikan ke penjual terhadap barang yang diinginkan. Sedangkan fitur lelang adalah si penjual dapat membuka harga lelang dari barang yang ia jual.

Baca juga: Milenial Mending Beli Rumah Tapak atau Apartemen?

Untuk sementara, baru fitur negosiasi alias nego yang sudah beroperasi. Sedangkan fitur lelang sendiri baru dioptimalkan tahun depan. Saat ini fitur tersebut masih berstatus uji coba.

"Kami belum promosikan untuk fitur lelang, namun sudah banyak pengguna yang mencoba. Karena pertumbuhan kami secara organik, terutama dari sisi pengguna," jelasnya.

Situs ini memang melakukan verifikasi terlebih dahulu, baik itu terhadap penjual maupun pembeli. Tujuannya adalah untuk mencegah aksi penipuan. Misalnya saat terjadi transaksi, maka pembayaran akan masuk ke rekening Belanjabekas.com dan baru bisa diterima oleh penjual saat pembeli mengonfirmasi barang yang dibeli.

"Selama ini pembayaran langsung ke rekening perusahaan," jelasnya.

Sayang, Chanif tidak merinci target bisnis dari marketplace barang bekas ini, baik itu dari sisi transaksi penjualan maupun dari jumlah pengguna, termasuk penjual barang bekas.

Yang jelas pihaknya terus menyempurnakan start up ini. Misalnya siap membuat aplikasi mobile mulai tahun depan dan menambah variasi pembayaran dengan pihak ketiga tidak cuma ke rekening perusahaan. (Ratih Waseso/Markus Sumartomjon)

Baca juga: Kisah Jangkar Bawono, Sukses Maksimalkan Bisnis Sepatu Kulit Lewat Promosi Digital

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Menjaring peluang berjualan barang bekas via aplikasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Selasa 16 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 16 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Naik Rp 6.000 Per Gram, Cek Rincian Harga Emas Antam 16 April 2024

Naik Rp 6.000 Per Gram, Cek Rincian Harga Emas Antam 16 April 2024

Earn Smart
Resmi Melantai di BEI, Harga Saham ATLA Melesat 35 Persen

Resmi Melantai di BEI, Harga Saham ATLA Melesat 35 Persen

Whats New
Bulog Serap 120.000 Ton Gabah Lokal Selama Libur Lebaran

Bulog Serap 120.000 Ton Gabah Lokal Selama Libur Lebaran

Whats New
Mengawali Perdagangan Usai Libur Lebaran, IHSG Ambruk 2,8 Persen, Rupiah Jeblok 1,51 Persen

Mengawali Perdagangan Usai Libur Lebaran, IHSG Ambruk 2,8 Persen, Rupiah Jeblok 1,51 Persen

Whats New
Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, KAI Proyeksi Hari Ini Ada 900.000 Pengguna KRL

Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, KAI Proyeksi Hari Ini Ada 900.000 Pengguna KRL

Whats New
Info Pangan 16 April 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Naik, Cabai Turun

Info Pangan 16 April 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Naik, Cabai Turun

Whats New
IHSG Diprediksi Melemah Usai Libur Lebaran, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Melemah Usai Libur Lebaran, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Pemerintah Antisipasi Dampak Ekonomi dari Konflik Iran-Israel

Pemerintah Antisipasi Dampak Ekonomi dari Konflik Iran-Israel

Whats New
Saham-saham di Wall Street Jatuh akibat Konflik Timur Tengah

Saham-saham di Wall Street Jatuh akibat Konflik Timur Tengah

Whats New
Tesla Bakal PHK 10 Persen Pegawainya, Ini Penjelasan Elon Musk

Tesla Bakal PHK 10 Persen Pegawainya, Ini Penjelasan Elon Musk

Whats New
The Fed Diramal Tahan Suku Bunga Lebih Lama, Rupiah Bisa Makin Lemah

The Fed Diramal Tahan Suku Bunga Lebih Lama, Rupiah Bisa Makin Lemah

Whats New
10 Maskapai Penerbangan Tertua di Dunia

10 Maskapai Penerbangan Tertua di Dunia

Whats New
Pengamat: Relaksasi WFH ASN Usai Lebaran Gerus Produktivitas

Pengamat: Relaksasi WFH ASN Usai Lebaran Gerus Produktivitas

Whats New
Konflik Iran-Israel, Pemerintah Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Konflik Iran-Israel, Pemerintah Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com