Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Reksa Dana Hadapi Ujian Berat, Investor Diimbau Tidak Panik

Kompas.com - 26/11/2019, 15:51 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber KONTAN

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri reksadana tanah air tengah mengalami ujian yang cukup berat. Kondisi yang terjadi saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membekukan dan membubarkan sejumlah reksadana yang bermasalah.

Setelah Narada Asset Manajemen, OJK juga membubarkan enam produk reksadana yang dikelola oleh manager investasi Minna Padi Aset Manajemen (MPAM). Total nilai dana kelolaan enam reksadana ini mencapai sekitar Rp 6 triliun.

Beberapa saham yang masuk dalam portfolio Minna Padi Pasopati Saham seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk ( BJTM).

Baca juga : Bareksa Hentikan Perdagangan Reksa Dana Narada Asset Management

Selanjutnya beberapa saham yang terdapat dalam Minna Padi Pringgodani Saham, misalnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), serta PT Wijaya Karya (WIKA).

Jika dilihat, banyak saham bagus yang menjadi portofolio Minna Padi yang dibubarkan tersebut. Alhasil, analis meramal, hal ini akan membuat pasar saham tertekan dalam beberapa waktu ke depan.

“Aturannya kan kalau dibubarkan, berarti dalam waktu 60 hari kerja melakukan penjualan. Fund manager akan menjual sahamnya, kemudian sulit bagi indeks untuk naik dalam waktu dekat ini, ya minimal Desember sampai Januari mungkin agak tertekan,” papar Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee.

Tekanan ke Pasar

Ia khawatir apabila ada kasus serupa akan dapat memperpanjang tekanan terhadap pasar.

Memang, OJK terus melakukan penertiban investasi reksadana. Sebelumnya OJK telah menghentikan penjualan produk reksadana yang dikeluarkan PT Narada Aset Manajemen.

“Kalau ada yang menyusul akan butuh waktu,” tambahnya.

Dengan pembubaran produk itu, ia menuturkan bakal berdampak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berpeluang terkoreksi cukup dalam. Namun hal itu juga bukan satu-satunya sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG.

Kecemasan Hans memang berdasar. Transaksi perdagangan IHSG terpangkas dalam. Imbasnya, dalam sebulan terakhir, IHSG melemah 3,11 persen.

Saham-saham yang menjadi isi produk reksadana dari aset manajemen bermasalah juga bergejolak.

Tak hanya itu, IHSG juga masih dipengaruhi oleh negosiasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

“Kita melihat peluang IHSG akan terkoreksi ke level 5.000an, semoga Desember rebound ke angka 6.200 itu sudah bagus untuk indeks,” jelasnya.

Investor Diminta Tak Gegabah

Kondisi ini membuat investor cemas. Mereka khawatir, kinerja reksadananya akan turun dalam di tahun ini. Tak sedikit investor yang akhirnya memutuskan melakukan penarikan (redeem) atas kepemilikan reksa dana miliknya.

Halaman:
Sumber KONTAN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com