Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Prediksi Ekonom soal Kurs Rupiah pada 2020

Kompas.com - 26/11/2019, 16:26 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean memprediksi kurs rupiah kian terdepresiasi di kisaran Rp 14.400 per dollar AS pada 2020.

"Rp 14.400 menurut saya realistis. Saya (memprediksi) memang angkanya Rp 14.400-an (pada 2020)," kata Adrian Panggabean di Jakarta, Selasa (26/11/2019).

Dia menuturkan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan rupiah terdepresiasi ke Rp 14.400 pada 2020, salah satunya sentimen negatif dari dunia global pada tahun yang sama. Kendati demikian, kurs rupiah bisa terapresiasi pula oleh faktor lain.

Baca juga: Ada Perang Dagang, Kenapa China Tak Relokasi Industri ke RI?

"Tapi, kurs rupiah bisa saja stabil didorong oleh Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) Bank Indonesia. Stabilnya rupiah secara global juga bisa didorong oleh yen (kurs Jepang)," ucap Adrian.

Adapun hingga akhir tahun 2019, Adrian memprediksi kurs rupiah menguat dan berakhir di kisaran Rp 14.050 hingga Rp 14.100.

Hal tersebut dipengaruhi oleh sejumlah sentimen positif global, terutama kemungkinan adanya kesepakatan dagang antara AS-China fase pertama pada bulan Desember, meski belum ada kejelasan lebih lanjut.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Stagnan di 5 Persen, Ini 3 Solusinya

"Sinyal-sinyal ini disikapi dengan sentimen baik, meski hal itu belum tentu terjadi. Kelihatannya ada keinginan dari pihak Tiongkok maupun AS untuk mencapai semacam kesepakatan," ujar Adrian.

Namun, dia memastikan bahwa volatilitas rupiah bakal tetap terjaga hingga akhir tahun. Sebab, tidak banyak sentimen lain yang muncul di pasar hingga akhir Desember 2019.

"Ini bukan berarti volatility yang besar karena tidak banyak sentimen lain yang muncul di market saat ini sampai akhir Desember. Practically semua sudah price in, masalah penurunan suku bunga di The Fed, penurunan suku bunga Bank Indonesia juga dinamika ekonomi. Hanya tinggal satu isu (AS-China) ini saja,” pungkasnya.

Baca juga: Ekonomi Loyo pada 2020, Ini Sektor yang Dinilai Bisa Bertahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com