Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Kota Baru Butuh Pasokan Listrik 1.555 MW

Kompas.com - 27/11/2019, 15:57 WIB
Ade Miranti Karunia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menyiapkan rencana pasokan energi listrik untuk ibu kota baru.

"Terkait dengan persiapan energi untuk pasokan Ibu kota baru kami sampaikan bahwa pasokan tambahan tenaga listrik yang harus dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan listrik adalah sebesar 1.555 MW sampai dengan tahun 2024," kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) perdananya di Ruang Rapat Komisi VII DPR, Jakarta, Rabu (27/11/2019).

Menurut Arifin, angka tersebut telah dipertimbangkan berdasarkan laju perpindahan penduduk, konsumi listrik per kapita, susut jaringan, serta faktor lingkungan.

Baca juga : Kemenhub Berencana Bangun MRT dari Bandara Balikpapan ke Ibu Kota Baru

Kemudian, sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sampai 2024, Arifin menyebut adanya tambahan pasokan di Kaltim tercatat sebesar 691 MW sehingga masih diperlukan tambahan sebesar 884 MW.

Bila dirinci, kebutuhan listrik di ibu kota baru yang berada di Kalimantan Timur ini harus memiliki daya mampu netto sebesar 1.596 MW, neban puncak 1.094 MW, serta cadangan 474,2 MW atau 30 persen.

Sementara, beban listrik di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencapai 15,89 MVA yang dipasok dari GI (Gardu Induk) Petung dengan kapasitas sebesar 90 MVA.

Beban listrik di Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar) baru mencapai 117,54 MW yang dipasok dari GI Karang Joang, GI Manggarasari, GI Senipah dengan total GI sebesar 290 MVA.

Namun, proyeksi kebutuhan listrik di IKN proyeksi awal PLN berasumsi, untuk pemindahan penduduk 1,5 juta jiwa maka konsumsi listrik per kapita 4000 kWh. Sedangkan, kebutuhan energi listriknya mencapai 6.000 Giga Watt hour (GWh), maka beban puncak sebesar 1.196 MW.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Nasdem, Awang Faroek Ishak meminta kepada pemerintah agar memprioritaskan kebutuhan energi di IKN.

"Kami harapkan kebutuhan energi di Kaltim sebagai ibu kota baru dapat di prioritaskan. Kami usulkan gas diprioritaskan dahulu di Kalimantan. Jangan begitu gas tutup semua proyek tutup," ucapnya.

Selain itu, ia mempertanyakan angka rasio elektrifikasi listrik di IKN yang dinilai tidak sesuai dengan laporan PLN.

"PLN melaporkan kemarin adalah salah semua apalagi bicara pedalaman, tolong dicek kembali rasio elektrifikasi sebesar 90 persen itu," pintanya.

Tak hanya itu, mantan Gubernur Kaltim ini mengusulkan, untuk memberdayakan pembangkit listrik tenaga nuklir. Pasalnya, di IKN memiliki sumber energi yang dibutuhkan untuk itu.

"Di Kaltim banyak dibutuhkan sumur bor apalagi daerah wisata, tolong diperhatikan. Saya usulkan tenaga nuklir sudah waktunya digunakan, kita sudah ketinggalan dari negara tetangga, kita sudah punya bahan mentahnya, Kaltim sudah siap dengan PLTN," katanya.

Anggota Komisi VII DPR lainnya dari Fraksi PDI Perjuangan, Ismail Tomas mempertanyakan sumber listrik untuk IKN. Sekaligus mengingatkan agar kebutuhan energi listrik tidak hanya fokus pada IKN saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com