Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Daripada CPO Didiskriminasi Uni Eropa, Lebih Baik Dipakai Sendiri

Kompas.com - 28/11/2019, 10:42 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengungkapkan beberapa jurus andalannya untuk menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

Salah satunya adalah dengan mengolah hasil sawit, yaitu minyak sawit mentah (CPO) menjadi biodiesel di dalam negeri.

Pasalnya, menurut Jokowi, selama ini CPO yang merupakan komoditas utama ekspor Indonesia dilarang dan didiskriminasi oleh Uni Eropa.

"Kita produksi CPO kita jadi biodiesel sendiri, sekarang sudah B20, kemudian B30 terus B50 hingga B100. Artinya CPO kita gunakan sendiri," ujar dia dalam acara KOMPAS100 CEO Forum di Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Baca juga: Uni Eropa Bantah Buat Aturan yang Hambat Ekspor Minyak Kelapa Sawit RI

"Kenapa kita harus tarung dengan Uni Eropa gara-gara gara-gara dibanned, didiskriminasi untuk CPO kita," lanjut dia.

Menurut Jokowi, dengan CPO diproduksi di dalam negeri, dalam beberapa waktu ke depan harga CPO di pasar internasional bisa terus naik.

Harapannya, para petani sawit bisa mendapatkan nilai tukar yang lebih baik.

"Kan kelihatan nanti harga CPO dalam satu tahun, dua tahun sebelum dan sesudah B30, di Januari, kemudian B100 akan berapa? Artinya, petani sawit kita akan menikmati harga yang baik. Target kita ke sana," ujar dia.

Baca juga: BPS Catat Ekspor CPO ke Beberapa Negara Eropa Menurun

Jokowi pun dalam empat tahun mendatang, Indonesia sudah harus bisa menyelesaikan masalah defisit neraca berjalan yang sudah berpuluh tahun memengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi.

Kepala Negara juga mengatakan, agenda besar pemerintahannya untuk bisa membuat neraca berjalan tak lagi defisit adalah dengan menggenjot kinerja ekspor dan melakukan substitusi impor.

Selain itu dengan menarik devisa sebanyak-banyaknya lewat pengembangan destinasi wisata, juga menarik investasi langsung melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

"Bertahun-tahun kita ketergantungan harga komoditas, kemudian impor besar atas energi terutama migas, kemudian barang modal dan bahan baku yang sebenarnya enggak masalah kalau dipakai lagi untuk produk eskpor. Tapi banyak juga barang modal masuk untuk domestik tapi sebetulnya enggak masalah asal jadi hal produktif bagi ekonomi kita," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com