Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Berambisi Perbaiki Kinerja Ekonomi, Ini Strategi-strateginya

Kompas.com - 29/11/2019, 08:21 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo kembali mengutarakan ambisinya memperbaiki kinerja perekonomian RI dalam pidatonya pada acara KOMPAS100 CEO Forum di Jakarta, Kamis (28/11/2019).

Pasalnya, pemerintah bakal sulit mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 5,3 persen. 

Kepala Negara mengatakan, hingga akhir tahun ini, perekonomian hanya akan tumbuh di kisaran 5,04 persen dan 5,05 persen. Bahkan tahun depan, menurut dia, pertumbuhan ekonomi RI bakal lebih tertekan.

"Tantangan kita ada di mana? Saya kira kita masih di pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kita tahun ini mungkin 5,04 persen atau 5,05 persen kira-kira. Tahun depan dengan global, menurut Bank Dunia, IMF, akan bisa turun lagi karena persoalan belum selesai," ujar dia.

Baca juga: Jokowi: Maaf Kalau Ada Eselon IV dan III, Kita Pangkas Tahun Depan

Lalu, bagaimana strategi Jokowi mengatasi hal itu?

1. Neraca berjalan tak lagi defisit dalam 3 tahun

Jokowi mengatakan, perekonomian Indonesia masih digelayuti oleh masalah defisit transaksi berjalan.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun mengakui masalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) ini belum mampu diselesaikan selama bertahun-tahun.

Oleh karena itu, dia menargetkan masalah defisit transaksi berjalan ini bisa tuntas dalam waktu 3 hingga 4 tahun. Sebab, menurut dia, CAD yang selama ini membuat pergerakan rupiah tidak stabil dan pertumbuhan ekonomi cenderung tertahan.

"Kemudian ini yang berpuluh-puluh tahun yang kita enggak bisa selesaikan, yaitu menurunkan CAD. Enggak pernah selesai, tapi saya yakin dengan transformasi ekonomi yang kita kerjakan, saya yakin bisa menyelesaikan dalam waktu 3 sampai 4 tahun," jelas Jokowi.

Baca juga: Jokowi: Saya Tahu Siapa yang Suka Impor Minyak

Sebagai informasi, CAD Indonesia pada triwulan III-2019 tercatat sebesar 7,7 miliar dollar AS atau 2,7 persen dari produk domestik bruto (PDB). 

Adapun berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), posisi CAD sepanjang Juli-September tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2 miliar dolar AS atau 2,9 persen dari PDB. 

2. Realisasi B30 hingga B100

Jokowi pun mengungkapkan jurus andalannya untuk menekan defisit transaksi berjalan, yaitu dengan mengolah hasil sawit, yaitu minyak sawit mentah (CPO) menjadi biodiesel di dalam negeri.

Pasalnya, menurut Jokowi, selama ini CPO yang merupakan komoditas utama ekspor Indonesia dilarang dan didiskriminasi oleh Uni Eropa.

"Kita produksi CPO kita jadi biodiesel sendiri, sekarang sudah B20, kemudian B30 terus B50 hingga B100. Artinya, CPO kita gunakan sendiri," ujar dia.

"Kenapa kita harus tarung dengan Uni Eropa gara-gara di-banned, didiskriminasi untuk CPO kita," lanjut dia.

Baca juga: Saat Jokowi Ingin Indonesia Seperti Tom Hanks di Film Cast Away

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com