Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Call dengan Nelayan, Susi: Kapal dari Saya Jangan Dijual

Kompas.com - 01/12/2019, 11:45 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

LAMPUNG SELATAN, KOMPAS.com - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi pudjiastuti hari ini resmi menyerahkan tiga kapal kepada nelayan di pesisir Lampung. Dalam kesempatan ini, Susi juga meminta agar amanahnya dijaga untuk memudahkan nelayan dalam mencari ikan.

Susi tak bisa hadir langsung dan bercengkrama dengan para nelayan lantaran ada urusan yang tak bisa ditinggalkan. Namun ia tak habis ide. Digunakanlah layanan video call untuk bisa berbincang dengan para nelayan.

"Ini amanah dari saya, tolong jangan dijual. Kan kalau saya bicara, masih ada yang mau bayar saya ratusan juta. Kalau bapak kan (enggak)," kata Susi melalui video call, Minggu (1/12/2019).

Pagi ini tiga kelompok nelayan atau 10 orang nelayan menerima tiga unit kapal beserta dengan mesinnya. Tiga kelompok tersebut berasal dari Desa Canti, Banding dan Betung yang merupakan kecamatan Rajabasa, kabupaten Lampung Selatan.

Baca juga: Liburan Sederhana Sri Mulyani, Ajak Cucunya Naik Delman Keliling Monas

Sebelumnya, empat orang nelayan atau dua kelompok sudah menerima dua bantuan kapal dari Susi, masing-masing satu kapal pada Sabtu. Kedua kelompok nelayan tersebut berasal dari Dusun Haringin, Kalianda dan Dusun II Bnding. Sehingga total nelayan yang menerima bantuan adalah 14 orang.

Dalam kesempatan itu, Susi menghimbau pada nelayan agar menjaga laut yang merupakan mata pencarian nelayan. Bahkan dengan kapal bermesin, susi berharap nelayan bisa seklaligus memantau jika ada yang mengambil ikan dengan cara menjatuhkan bom.

"Dengan adanya perahu ini, bapak bisa jaga jangan sampai ada yang ngebom atau ada kapal trol. Dengan kapal bermesin kan bapak bisa kejar," jelas Susi.

Susi juga menghibau agar nelayan tidak mengambil benih (bibit) lobster maupun ikan. Ini dilakukan untuk menjaga kelestarian sektor perikanan yang sustainabel, sehingga lobster kecil atau ikan kecil bisa berkembang biak.

"Yang kecil-kecil jangan diambilin ya supaya bisa berkembang biak," ungkap Susi.

Baca juga: Nelayan Keluhkan Harga Jual Mahal, Ini Jawaban Susi

Tiga kelompok nelayan yang menerima kapal merupakan nelayan yang sehari-harinya menggunakan sampan dayung. Sampan dayung hanya mampu menampung 30 kg ikan, lagipula sampan sangat sempit untuk dinaiki dan nelayan tidak leluasa.

"Kalau pakai sampan kan maksimal kita bisa angkut 30 kg, tapi kan sekarang kondisi airnya dingin jadi kapasitas hanya 5 kilogram," ungkap Agus seorang nelayan dari desa Betung.

Agus merupakan salah datu nelayan yang terdampak bencana Tsunami pada Desember tahun 2018. Ia mengaku di desanya, ada sekitar 30-an kapal yang porak-poranda diterjang ombak.

Agus sudah menjalani profesi nelayan sejak 1997, namun akibat Tsumani, Agus terpaksa membeli lagi sampan seharga Rp 2 juta agar tetap bisa melaut.

"Bantuan enggak ada, mau beli kapal yang besar enggak punya uang. Kapal kayu besar harganya Rp 30 juta dengan mesin dompleng, Kalau yang dikasih bu Susi ini kan bukan kayu tapi fiber, pasti lebih mahal lagi harganya," ungkap Agus.

Baca juga: Simak Tips Terhindar dari Investasi Bodong Berkedok Perkebunan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com